Tapi sebelum kesana, teman-teman semua tahu nggak apa itu propaganda? Meminjam peristilahan dari Bruce Lannes Smith, propaganda mempunyai definisi sederhana dissemination of information—facts, arguments, rumours, half-truths, or lies—to influence public opinion. Penyebaran informasi baik itu fakta argumen rumor, separuh kenyataan dan dibumbui topik tertentu, atau pun sebuah kebohongan.
Siapapun bisa melakukan propaganda. Baik itu pemerintah, komunitas tertentu, bahkan per individu. Tujuan propaganda pun bisa karena apapun. Tujuan pribadi, ataupun sosial.
Kita mengenal yang namanya hoax. Familier di mindset bahwasanya hoax adalah informasi palsu yang sengaja disebarkan untuk tujuan tertentu, baik perseorangan maupun kelompok. Nah dari segi definisi kawan-kawan pembaca pasti sudah tergambarkan, bagaimana bila propaganda palsu yang nyata-nyata hoax dikonsumsi publik, mereka anggap sebagai kebenaran, akhirnya menimbulkan kerugian.
voanews.com
Kali ini saya mau membahas bagaimana propaganda bisa menimbulkan dampak buruk. Tidak hanya segi finansial, ekologi, namun juga jiwa orang banyak.
Tapi sebelum saya bercerita banyak saya mengajak para kawan pembaca semua terbang ke negeri Cina. Memasuki mesin waktu sejenak, kita kembali ke tahun 1959, tepatnya kalah itu pemerintahan Cina dipimpin oleh Mao Zedong, seorang revolusioner komunisme Cina.
Sebenarnya apa yang terjadi kala itu?
Buku-buku serta banyak pakar sejarah menyebut natural disaster kala itu dengan nama The Great Chinese Famine. Menggambarkan keadaan yang terjadi, saya mengutip penggambaran kondisi oleh analisis sekaligus jurnalis Cina, Yang Jisheng di New York Times. Jurnalis veteran senior sekaligus member dari partai komunis ini menyebut,
36 million Chinese starved to death in the years between 1958 and 1962, while 40 million others failed to be born, which means that “China’s total population loss during the Great Famine then comes to 76 million.”
Mendengar bahwa 36 juta orang meninggal karena kematian antara 1958 sampai tahun 1962 sementara itu 40 juta kelahiran bayi gagal dilahirkan kelihatan serem apa nggak? Seram dong. Parah banget kalau kita menilik ke aspek kemanusiaan.
banyak orang kelaparan kala itu, guestlist.net
Apa hubungannya sama propaganda?
Earlier, berangkat dari kegerahan pimpinan pemerintah terkait terhadap beberapa wabah yang menjalar di negeri Cina, serta produksi pangan masyarakat berupa gandum biji-bijian dan buah-buahan yang sebagian besar "dianggap" terancam oleh beberapa jenis hewan, maka Mao Zedong berinisiatif untuk menggalakkan gerakan berantas hewan "hama".
tumblr.com
Cara yang beliau tempuh pada tahun 1958 berupa ajakan kepada masyarakat untuk ikut dan wajib ambil bagian dalam gerakan pembantaian tikus, beberapa serangga, nyamuk dan 1 jenis burung terutama sparrow (eurasian tree Sparrow). Bagi kita seperti burung pipit atau burung gereja gitu. Kampanye zaman itu terkenal dengan Four Pests Campaign, pembasmian burungnya terkenal dengan Great Sparrow Campaign, atau Kill Sparrows Campaign. Pada buku Erinnerungen an Ornithologen, die ich kannte yang dikarang oleh Eugeniusz, disebut bawa Mao Zedong berani memasukkan burung jenis ini ke musuh publik.
"Birds are public animals of capitalism".
China's Serial Sparrow Sorrow | The World of Chinese, theworldofchinese.com
Sebenarnya agak sarat muatan politis juga ya, menghubungkan satu spesies tertentu dengan peperangan terhadap kapitalisme. Akhirnya banyak masyarakat berlomba-lomba ikut bagian berpartisipasi dalam pembasmian sebagai bentuk taat pada pemerintah.
Dalam rangka pembantaian burung Sparrow, masyarakat melakukan banyak hal. Ada yang membunuh secara manual menggunakan tembak, panah, merusak sarang dan telur, membunuh anak burung sparrow yang baru menetas, membunyikan panci, tong, berbagai perangkat yang bisa memunculkan bunyi saat diketok dan dipukul, dengan harapan burung menjadi takut, sehingga kecil kemungkinan untuk hinggap di lahan pertanian perkebunan dan pohon-pohon, kelelahan di udara lalu meninggal.
China's Serial Sparrow Sorrow | The World of Chinese
theworldofchinese.com
Sumber picture: countryeconomy.com
Coba kita bayangkan sejenak. Pada tahun 1958 sudah ada populasi sejumlah demikian. Misalkan setiap 1 orang pada satu hari bisa membunuh satu burung saja, maka pada hari tersebut sudah terbunuh burung sparrow kurang lebih sebanyak 659 juta. Silakan akumulasikan sendiri kalau program pemerintah ini berjalan, setiap bulan dan dalam satu tahun berapa ekor yang meninggal, dalam satu pembunuhan massal terbesar di dunia.
Pada tahun 1960, pimpinan Cina terkait berubah pikiran karena salah satu ahli ornithologist alias ilmu burung di Cina, Tso-hsin Cheng, mengingatkan sang pimpinan untuk menghentikan upaya pembunuhan massal sparrow, salah satu rantai makanan ini, dengan pertimbangan logis sehubungan dengan keseimbangan ekosistem dalam kacamata zoologi. Ahli ilmu terkait mengingatkan bahwa jenis burung sebagai sasaran pembunuhan massal ini memakan insect, selain memakan tanaman pangan seperti gandum.
Seorang revolusioner Cina, politikus dan theoryst China, Liu Shaoqi, ikut ambil bagian mengingatkan Mao perihal kesalahan yang dia buat, “history will record the role you and I played in the starvation of so many people, and the cannibalism will also be memorialized!”
Kok kelihatannya seram ya? Memangnya setelah propaganda lalu terjadi pembunuhan massal burung apa yang terjadi sih?
Belalang yang sejatinya hama tanaman pangan, mencapai populasi yang booming di tahun tersebut. Hasilnya, hampir seluruh tanaman pangan di Cina terserang hama. Akibatnya sudah tergambar kan gimana, banyak gagal panen di seantero Cina dan masyarakat dirudung kelaparan massal. History menyebut big disaster ini dengan "Three Years of Natural Disaster".
chineseposters.net
Secara konsep biologi, dalam rantai makanan booming populasi serangga pemakan tanaman pangan masyarakat bisa terjadi karena predator utama para serangga ini dibasmi. Pemerintah kala itu menganggap bahwa burung hanya memakan gandum, biji bijian dan buah, namun mereka lupa bahwa burung juga memakan sebagian besar serangga.
Karena dominan tanaman pertanian untuk pangan rakyat pada rusak, masyarakat banyak yang dilanda kelaparan. Pada momen tertentu, saking kelaparannya, ada sebagian kecil masyarakat yang tega membunuh orang lain untuk dimakan, itulah mengapa Mao sempat diklaim untuk bertanggung jawab selain kepada kematian berjuta-juta penduduk, juga dituntut untuk bertanggung jawab terhadap chaos yang terjadi, berupa saling bunuh rakyatnya dan cannibalism.
Pada waktu tahun 1959 sempat terjadi banjir besar-besaran dari sungai kuning, yang menenggelamkan banyak lahan pertanian, disebut dalam buku "The Most Deadly 100 Natural Disasters of the 20th Century" sebagai salah satu faktor pula yang mengakibatkan kelaparan besar di Cina. Belum lagi pada tahun 1960, curah hujan benar-benar kurang. Pada buku "Part 2: The Great Leap Forward not all bad" oleh Henry Liu, diestimasikan 60% lahan pertanian perkebunan di Cina benar-benar kekurangan curah hujan. Lengkap sudah. Lahan pertanian diserang hama serangga besar-besaran, sebagian besar yang lain terkena banjir, dan 60% terkena kekurangan curah hujan. Benar-benar kondisi yang menyeramkan bagi masyarakat.
Daring to go beyond Western propaganda on the Great Leap Forward's ...
chinarising.puntopress.com
Sebenarnya jadi wacana juga kan buat kita. Zaman sekarang ini banyak banget hoax yang berseliweran kesana kemari. Karena kita didominasi oleh masyarakat yang sebagian besar cerdas, saya biasanya kita saring lagi tiap-tiap informasi yang kita dapat. Kalau secara kacamata agama namanya tabayyun. Dengan menyaring segala informasi yang kita dapat, setidaknya kita bisa meminimalisir destruktif kecil yang bisa terjadi.
Demikian tulisan dari saya terima kasih sudah menyimak, semoga bermanfaat, selamat beraktifitas dan semangat selalu!
Furqon643
0 komentar:
Posting Komentar