Salah satu contoh keteladanan istri terhadap suami, di zaman Rasulullah dan para sahabat, di contoh kan oleh Rumaisha Ummu Sulaim.
Singkat cerita, sore hari ba'da maghrib anaknya Ummu Sulaim meninggal. Anaknya masih bocah, laki-laki dan anak itu kesayangannya suaminya. Kala sang anak meninggal, sang suami masih ada di masjid untuk melaksanakan salat magrib dan pulang nanti ba'da isya.
Rumaisha pun langsung menitip pesan kepada seluruh sanak saudara dan tetangga agar merahasiakan kematian anaknya dari sang suami. Kemudian sang akhwat bersegera membersihkan badan, memasak masakan yang lezat, berganti baju dan memakai wangi-wangian.
Ketika sang suami datang dari masjid ba'da isya, Rumaisha pun melayani maksimal suaminya: menyajikan makanan, pasca suami kenyang pun sang istri lanjut menggoda dan akhirnya melakukan ibadah suami istri.
Pasca melakukan ibadah suami istri Rumaisha bertanya kepada suaminya.
Kurang lebih dari salah satu redaksi sebagai berikut,
"Suamiku, bagaimana pendapatmu bila suatu kala kita dipinjamkan barang oleh tetangga, lalu barang itu kita gunakan, dan suatu hari tetangga kita sebagai pemilik barang asli menginginkan barang tersebut dikembalikan?"
Sang suami, Abu Thalhah, menjawab bahwa memang harus dikembalikan karena sang pemilik barang adalah tetangga, mereka yang lebih mempunyai hak penuh atas barang.
Kemudian Rumaisha yang menyimpan kesedihan dari tadi akhirnya memberitahukan kepada suami bahwa anaknya telah meninggal, sang pemilik nyawa anak mereka berdua telah meminta kembali, dan disandingkan dengan harapan semoga suaminya bisa bersabar dan bertakwa kepada Allah.
Tanpa disangka sang suami pun marah. Alasan kemarahan suami yaitu bagaimana sang istri bisa se tenang itu, padahal anak mereka meninggal, dan sang suami benar-benar menyayangi anaknya itu, malah memasak masakan yang lezat membiarkan sang suami makan dengan lahap kemudian beribadah suami istri seakan-akan tidak ada sesuatu yang terjadi.
Rumaisha hanya menjawab bahwa itulah yang dia bisa lakukan sebagai bakti kepada sang suami, karena berbakti kepada sang suami sebaik mungkin adalah salah satu jalan bertakwa kepada Allah.
Selanjutnya sang suami yang marah tersebut mengancam akan melaporkan ke Baginda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam malam itu juga.
Sesampainya sang suami dan istri di depan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, segera saja sang suami, Abu Thalhah menceritakan deretan apa yang terjadi.
Rasulullah sallallahu alaihi wasallam tersenyum kemudian menanyakan pada sang suami apakah kalian berdua sempat berhubungan suami istri?
Sang suami menjawab iya, ya Rasulullah.
Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pun menjawab bahwa kelak dari hasil hubungan suami istri itu akan lahir seorang anak yang akan membela agama Allah.
Ternyata tahun berikutnya lahir seorang bayi, dan pada redaksi tertentu si bayi ini akhirnya tumbuh besar menjadi seorang mujahid.
Semoga bermanfaat 🙏🙏🤲💕
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika seorang wanita melaksanakan shalat lima waktunya, melaksanakan shaum pada bulannya, menjaga kemaluannya, dan mentaati suaminya, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja ia kehendaki.” (HR Ibnu Hibban dalam Shahihnya)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kalau aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain, maka aku akan memerintahkan para istri untuk sujud kepada suaminya, disebabkan karena Allah telah menetapkan hak bagi para suami atas mereka (para istri). (HR Abu Dawud, Tirmidzi, ia berkata, “hadis hasan shahih.”
Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci” (HR. An-Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 251)
FURQON643
0 komentar:
Posting Komentar