Kepo kah bagaimana kehidupan pelabuhan itu?
Pertama sekali ketika mendengar kata pelabuhan apa yang terpikirkan guys? Mungkin terfikir hamparan daratan buatan seluas beberapa ratus meter persegi, sebagian berpikir kisaran hektar, berada di pinggir laut, banyak kapal besar yang sandar, udara sangat panas menyengat, orang-orangnya bertipikal keras, gampang emosi, bertampang seram, berbadan kekar, kita salah ngomong dikit digigit?
Negara kita negara kepulauan guys jadi ada baik sektor pelabuhan sebagai sektor utama di dunia maritim kenegaraan kita saya singgung dikit. Lagian saya juga berkecimpung di dunia itu kan.
Wikipedia mengartikan pelabuhan atau port sebagai a place at the edge of an ocean, river, or lake for ships to load and unload their cargo.
Sedangkan negara kita dalam undang-undang nomor 17 tahun 2008 tentang pelayaran, pasal 1 ayat 16 mengutarakan bahwa Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi.
Definisi nya agak banyak ya mudah-mudahan gak pusing bacanya. Lagian itu cuman intro kok saya bukan mau ngasih perkuliahan tentang pelabuhan. Cuman ingin mengajak teman-teman semua berwacana dikit tentang pelabuhan, utamanya anggapan sebagian masyarakat yang menganggap bahwa kehidupan di pelabuhan itu identik dengan kehidupan yang keras.
Memang keras yang seperti apa sih? Saya sebagai praktisi pelabuhan sekitar 8 tahun, menemukan beberapa poin yang sebagian masyarakat menganggap match alias cocoklogi dengan anggapan tersebut di atas. Tapi tetep ya guys, sesuai bidang ke pelabuhan yang saya terjuni, pelabuhan komersil (kapal laut yang mengangkut container) bukan pelabuhan komoditi manusia alias kapal penumpang.
• Fisik
Sebagai pekerja di dunia pelabuhan, sudah bukan rahasia umum lagi bahwa dunia ini mementingkan ketahanan fisik dari para pekerjanya. Seperti ABK alias anak buah kapal, dominan yang bisa bekerja di kapal laut adalah orang-orang yang berpendidikan pelayaran, dan mempunyai ijazah tertentu yang mendukung sebagai prasyarat agar bisa "melaut".
Pernah membaca atau melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana proses pendidikan selama di sekolah pelayaran? Semi militer, mungkin bisa disamakan dengan IPDN yang sempat ramai di televisi Nasional kita dulu. Masih ingat dengan sekolah yang sempat booming dulu? Tampar, berlari kesana kemari, fisik dan mental yang ditempa oleh para senior, dan segala hal yang tidak didapat di sekolah nasional kebanyakan.
Mengapa begitu? jelas untuk mempersiapkan fisik dan mental anak didik agar ketika mereka terjun ke dunia pelabuhan atau dunia pelayaran, sudah tertata secara fisik dan mental jadi tidak ada kaget lagi dengan keadaan yang memang lumrah ada di sana.
Misalnya mereka memilih bekerja di laut, melaut, melakukan keseharian di atas kapal laut yang sedang mengarungi samudra. Ombak menggunung, kapal terombang-ambing kanan kiri, panas terik maupun hujan, belum lagi harus mempersiapkan mesin, dan segala hal yang teknis terkait kapal laut di saat urgent sekalipun.
Saya agak kesulitan untuk menggambarkan hiruk-pikuk apa yang terjadi di atas kapal selama melaut. Tapi untuk gambaran saja, kurang lebih seperti di film film bajak laut katakanlah Pirates of Caribbean, ketika hujan lebat dan hampir seluruh anak buah kapal alias awak kapal secara disiplin dan dalam tempo waktu yang singkat harus segera sigap menghandle tiap-tiap job desk masing-masing. Ada yang menurunkan atau mengembangkan layar, memasang jangkar, menarik tali jangkar, memegang kemudi, memeriksa lambung kapal, dan lain sebagainya.
Sama seperti kapal laut modern, ada tantangan tersendiri yang kurang lebih sama sama seperti yang digambarkan di film bajak laut box office tersebut. Hanya saja untuk zaman sekarang alat-alat lebih canggih, kontrol kapal cukup menggunakan beberapa tombol, meski tetap aja yang harus manual seperti pompa, mengecek oli di lubang parameter oli samping kapal, tali temali seperti jangkar dan tali spring tross atau tali saat penyadaran (ngeliat diameter tali nya ngeri, besar kayak ular anaconda raksasa, menariknya meski pakai alat manual tetap pakai tenaga juga), gyro compass, monitoring radar, mengecek kedalaman air laut sekitar memakai echo sounding, dan beberapa perangkat ribet lainnya. Tiap-tiap anak buah kapal mempunyai job desk masing-masing dan ada momentum tertentu mereka harus segera sigap, layaknya petugas pemadam kebakaran yang berlarian ketika alarm kebakaran berbunyi.
Sudah terbayang kan bagaimana fisik yang dibutuhkan?
Itu kalau memang bekerja di atas kapal dan melaut, kalau yang memang bekerja di pelabuhan tidak seekstrim itu tapi tetap butuh fisik yang sehat dan siap bekerja menggunakan banyak kalori.
Sebagai pekerja pelabuhan saya sudah terbiasa untuk naik turun kapal, belum lagi kapal komersial yang ukurannya besar banget, yang panjang kapal bisa mencapai ratusan meter. Tinggi kapal kalau sedang dalam keadaan kosong bisa bisa saya naik kapal dengan ketinggian kapal yang lumayan. Ada kapal besar yang ketinggiannya belasan meter. Itu tingginya belum panjangnya kapal.
Selain naik turun, saat monitoring pekerjaan alat berat di kapal (kalau kapal komersil yang membawa kontainer ratusan) saya banyak wira wiri alias berjalan kesana kemari memastikan pekerjaan sesuai aturan yang berlaku, dan bay plan pekerjaan yang telah di order oleh pihak kapal. Belum lagi ketika cuaca panas banget ketika siang, atau dingin banget ketika malam, kalau siang matahari sangat terik dan kalau malam hari angin malam sangat dingin mengingat posisi bekerja di pinggir laut.
• Mental
Selain fisik, kita juga diwajibkan mempunyai mental yang kuat. Selain karena pressure pekerjaan luar biasa, fisik bener-bener ditempa, seringkali saat bekerja kita ada pergesekan dengan pekerja lain, pekerja kasar yang ada di pelabuhan sebagai tanggung jawab kita untuk memonitoring, ataupun pergesekan dengan anak buah kapal terkait kapal mereka yang kita handle, entah bongkar atau muat container.
Bayangin sedikit ya cuacanya panas banget, kita lelah dan haus, kemudian ada suasana yang membuat kita ingin meluapkan emosi, tapi di situ kita harus tenang, demi pekerjaan progres dan hasil yang "perfecto" kata orang Spanyol. Maklum di pelabuhan kan banyak sekali macam latar belakang orang, baik yang berpendidikan maupun sebagian besar yang kurang mengenyam pendidikan, didukung oleh cuaca dan pressure pekerjaan yang tinggi.
Cekcok sudah biasa, kebanyakan verbal, tapi bagaimana cara kita agar bisa bekerja sama dengan berbagai elemen pekerja, karena visi misi kita kalau ditelisik lagi mempunyai visi misi yang kurang lebih sama. Kalau sekarang sih ada undang undang ya, jadi kontak fisik tidak seperti zaman dulu kala nenek moyang kita, karena pemukulan pun sekarang sudah ada pasalnya. Apalagi kontak fisik lain yang lebih daripada itu.
• Lingkungan pelabuhan
Saya cuma bisa bilang luas banget, karena space tersendiri peruntukan kontainer yang jumlahnya ratusan, belum lagi stress yang dibutuhkan untuk beberapa alat berat, dimana alat berat di ini sebagai alat yang digunakan untuk mengambil, meletakkan kontainer di tempat yang diinginkan di dalam (dalam palka kapal maksudnya) atau di atas kapal (ondeck alias diatas palka kapal).
Belum lagi kapal yang mempunyai dimensi besar, ada kapal yang panjangnya hanya puluhan meter, namun banyak juga kapal komersil yang panjangnya saja bisa mencapai ratusan meter, jadi untuk menampung kesemuanya sudah tergambar, seberapa luasan pelabuhan yang dibutuhkan untuk mengakomodir semua kegiatan pelabuhan.
Dan tidak ada padang rumput di sini (emangnya padang Golf apa?), pohon juga tidak nampak satu pun. Adanya area luas, dengan banyak mesin raksasa, kontainer bertumpuk-tumpuk, gedung perkantoran, dan dasar daratan berupa beton: panas, gerah, bak padang gurun.
• Risk
Dasaran sekarang beton, container terbuat dari besi, kapal juga dari besi, kemudian baik di daratan maupun di atas kapal ada hiruk pikuk tersendiri. Di daratan para trailer (truck) berseliweran membawa kontainer baik yang memang kontainer itu didistribusikan ke kapal, dari kapal ke pabrik atau depo (tempat singgah container milik pelayaran), maupun dari kapal ke tempat penumpukan container di dalam pelabuhan, dan sebaliknya dari container yard alias penumpukan container di area pelabuhan menuju kapal.
Belum lagi kalau kita melongok ke atas, dalam proses bongkar muat kontainer dari atau ke kapal, pastinya kontainer yang sedang di bawa alat berat berseliweran di atas kepala kita.
Jadi untuk faktor risiko yang saya maksud, baik di darat maupun di atas kapal ada resiko besar yang sedang menunggu pekerja yang lengah. kita dituntut berhati-hati baik selama di darat maupun di atas kapal. Karena seperti yang saya bilang sebelumnya, hampir semua barang yang ada di pelabuhan maupun di kapal semuanya terbuat dari barang yang keras seperti besi dan baja.
Kita lengah sedikit di darat bisa kesambar trailer alias truk. Tidak hati-hati selama berada di atas kapal, terpeleset misalnya, bisa jatuh ke deck kapal atau gangway (tempat yang lebih rendah daripada ondek alias atas kapal), maupun tercebur ke laut. Diamnya kita pun di atas kapal bila posisi yang kita pilih merupakan posisi yang near risk atau beresiko, bisa-bisa ada barang jatuh selama kontainer lewat di atas kepala kita.
Intinya kita harus siap siaga selama melakukan pekerjaan di pelabuhan. Minimal mencari tempat yang aman. Kesemua barang keras, sekali lagi terbuat dari besi dan baja dan bobot tidak hanya 1 gram 2 gram tapi bobot barang puluhan ratusan hingga ribuan kilogram alias ton. Kalau kita salah memilih posisi berdiam diri (duduk atau bersandar di posisi yang riskan atau tidak safety) kemudian ada sesuatu kendala teknis, entah itu alat besar atau faktor kapal itu sendiri, pasti nantinya ada dampak negatif ke kita. Minimal luka, maksimal nyawa.
Tapi ya jangan hiperbolis banget keles, orang sekarang sudah jaman modern. Resiko yang di sini adalah kemungkinan-kemungkinan kecil yang bisa terjadi, bukan tiap ada kegiatan, kurang lebih 50% besaran kemungkinan terjadi accident, bukan, cuman kan namanya juga anjuran safety, paling tidak kita mencegah daripada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Lagian zaman sekarang yang milenial ini juga makin canggih alat, kebanyakan diperlengkapi dengan perangkat untuk mendukung keamanan saat bekerja.
Rata-rata dunia kepelabuhan yang didominasi oleh badan usaha milik negara maupun perusahaan swasta sudah mengaplikasikan ketentuan dan mempunyai kewajiban tersendiri untuk menerapkan sistem K3 alias keselamatan kesehatan kerja bagi para karyawannya. Lagian undang undang juga sudah mengatur tentang hal itu, termaktub di Undang-Undang No. 1/1970 dan No. 23/1992 mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Intinya setiap perusahaan dituntut untuk memfasilitasi pekerjanya dan menciptakan environment alias lingkungan bekerja yang aman, selain profitable tentunya, dan nyaman bagi para pekerjanya sendiri maupun consumer.
• On nonstop
Mengingat traffic kapal yang sangat banyak, baik kapal laut internasional maupun nasional, banyak track ke seluruh wilayah Indonesia dan negara-negara sebelah, dominan pelabuhan non stop dalam bekerja melayani kapal yang hendak sandar. Jadi mulai pagi hingga pagi selalu saja ada kegiatan, seperti beberapa frenchise alias usaha waralaba, dunia pelabuhan sebagai terminal utama kapal laut di aspek maritim mempunyai slogan buka 24 jam.
Jika siang hari, kami bergelut dengan terik matahari, debu yang liar beterbangan ke sana kemari, sebaliknya jika malam berteman rembulan, pelukan udara yang yang dingin yang menusuk kulit, disertai angin malam, rasa kantuk dan lelah menjadi satu.
Tapi tenang aja, meskipun dunia pelabuhan memang nonstop tapi untuk masalah jam kerja karyawan masih mengacu pada undang-undang, yang saya maksud UU No 13/2003 tentang ketenagakerjaan pasal 77, dimana disana diatur pada dua poin,
- 7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu
- 8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu
Jadi terdapat kurang lebih 3-4 grup agar jam kerja kami menyesuaikan dengan ketetapan yang telah diatur pemerintah.
Gimana? Apa sudah dapat gambaran cukup tentang dunia kepelabuhan yang identik dengan dunia pelabuhan itu dunia yang keras seperti stereotip yang bertengger di sebagian masyarakat?
Kalau sudah saya sih sebagai pengulas wacana pelabuhan ikut senang. Kalau belum ya mohon maaf, namanya juga saya manusia yang terbatas.
Selamat beraktivitas, tetap semangat, jangan lupa selalu berdoa dimana saja.
FURQON643
0 komentar:
Posting Komentar