Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh
Jadi ceritanya suatu hari, sekitaran 4 atau 5 tahun yang lalu, saya merasakan sakit di sebelah punggung bawah. Kalau intuisi, sakitnya seperti sakit yang pernah saya alami, yang dalam bahasa Jawa orang sering eksis menyebutnya dengan kecetit. Seperti sakit di mana medis dalam beberapa kasus mengatakan bahwa itu akibat otot atau saraf ada yang terjepit sela di antara tulang punggung.
Tapi jujur saja, sakit yang memang banyak orang Indonesia ataupun orang-orang di negara lain pernah mengalaminya ini, lama kelamaan lebih sakit daripada sebelumnya! Saya pernah mengalami dulu, zaman sekolah, kuliah, atau saat sudah bekerja di perusahaan sebelumnya. Memang butuh waktu, lalu semua berangsur baik-baik saja.
Tapi kali ini benar-benar berbeda!
Saya akan menyampaikan bagaimana pengalaman saya, jadi kawan-kawan bisa paham kenapa saya bisa menyebutnya sakitnya bener bener berbeda, sekaligus harapan saya bisa merubah mindset teman-teman pembaca yang mungkin sebagian kecil pernah meremehkan penyakit terkait.
---
Awalnya saya sedikit meremehkan penyakit ini. Aktivitas masih saya lakukan seperti biasa (kalau itu saya bekerja di perusahaan yang sekarang tapi masih umur-umur awal masih newbie), baik beraktivitas di rumah, di luar rumah kemudian tetap berangkat ke kantor.
Lama kelamaan ada sesuatu yang tidak biasa. Misalnya seperti kaki sebelah kiri yang terkadang suka kesemutan, sama seperti yang dirasakan tangan sebelah kiri. Saya kala itu malah sempat mengira bahwa umur yang masih muda ini ada indikasi terkena penyakit yang berhubungan dengan kolesterol. Karena sejauh pengetahuan yang saya pernah baca di buku-buku, salah satu ciri penyakit yang berhubungan kolesterol yaitu kesemutan di beberapa anggota tubuh. Tapi seperti kebiasaan jelek saya, rasa kesemutan itu saya pandang sebelah mata.
Setelah saya monitor selama beberapa hari ternyata kesemutan tak kunjung sembuh. Adanya, intensitas kambuh makin sering. Saya pun berangkat ke salah satu dokter penyakit dalam, untuk memeriksakan diri, apa memang benar ada penyakit atau indikasi menuju gangguan kolesterol.
Setelah diperiksa berupa cek darah, dan beberapa treatment lainnya, ternyata tidak ditemukan indikasi ada penyakit kolesterol. Sang dokter pun merujuk saya ke dokter yang lain karena dugaan beliau ini ada hubungannya dengan kecetit yang saya rasakan semenjak beberapa hari sebelumnya. Tapi salahnya saya, jawaban sang dokter membuat ada bunga-bunga kelegaan di dalam diri (karena tidak ada hubungannya dengan penyakit kolesterol dimana kolesterol bisa merambah ke stroke), jadi sikap meremehkan kesemutan itu muncul lagi, saya pun menunda pemeriksaan ke dokter yang dirujuk oleh dokter penyakit dalam sebelumnya.
siapa pun akan khawatir bila kolesterol bisa merambah ke penyakit di level tingkat atasnya, yaitu stroke (sumber pict: Queensland brain institute)
Saya baru tahu kalau keputusan saya salah beberapa hari kemudian. Rasa kesemutan dengan intensitas yang sering, malah ditemani dengan sakitnya tangan dan kaki kiri ketika digerakkan. Tangan kiri bila di angkat ke atas, saya rasakan sakit hingga ke kepala. Sama saat kaki sebelah kiri saya angkat setinggi panggul, atau sekedar meniru gerakan menendang agar kaki bisa membentang ke depan, sakitnya seperti di dalam otak itu ada yang narik.
Percayalah saya sakit nya benar-benar tidak nyaman!
Bahkan beberapa hari kemudian saya kesulitan jalan, kaki kiri tiba-tiba sakit sekali bila digerakkan. Akibatnya untuk mengurangi gangguan aktivitas sehari-hari, saya jalan memakai alat bantu jalan, seperti "kruk", biasa digunakan orang-orang yang sebelah kakinya tidak bisa digunakan untuk berjalan semisal karena patah atau gangguan berjalan yang lain.
Saat hari libur tiba, menunggu momen agar tidak mengganggu aktivitas saya bekerja untuk periksa ke rumah sakit, singkat cerita saya bertemu dengan dokter spesialis syaraf (setelah sebelumnya di klinik diperiksa dokter jaga, dirujuk ke ahli syaraf). Dan apa yang dikatakan sang ibu dokter ahli syaraf membuat saya tercengang.
Menjelaskan bahwa sakit saya memang kecetit atau dalam bahasa medis disebut HNP alias Hernia Nucleus Pulposus. Dalam beberapa level tertentu, seperti level yang saya rasakan, ternyata treatment yang saya butuhkan adalah operasi. Tapi ditekankan oleh sang dokter, untuk persentase keberhasilan operasi sekitar 60-80%. Dan ada ada efek samping, persentase sekitar 30 sampai 40%, ada kemungkinan saya sebagai lelaki bisa kehilangan kejantanan. Mungkin dari pembaca saya sebutkan demikian sudah tahu apa artinya kan?
Kawan-kawan jika memang kita sama-sama lelaki kemudian mendengar kabar seperti itu gimana perasaannya?
Kemudian saya lanjutkan, kalau saya sebagai pasien yang pada dasarnya mempunyai hak untuk menolak treatment, saya menanyakan apakah ada hal lain yang bisa saya lakukan untuk me-reduce rasa sakit yang saya alami? Mungkin sebangsa peregangan tubuh, atau aktivitas simple tertentu yang bisa saya lakukan.
Beliau menjawab (sambil menulis resep obat yang ternyata saya harus mengkonsumsi berbagai macam obat) bahwa saya bisa memperbanyak aktivitas berenang. Dengan catatan, dokter akan memonitor kondisi saya per minggu. Jika dalam 2-3 bulan kondisi saya masih tetap atau bertambah parah, mau nggak mau saya harus operasi.
Tidak membuang waktu lagi, singkat cerita saya memperbanyak aktivitas berenang di kala libur. Alhamdulillah, setelah sering berenang, hanya hitungan beberapa minggu rasa kesemutan yang intensitasnya sudah sering banget berangsur berkurang, drastis. Rasa sakit ketika menggerakkan tangan dan kaki bagian kiri dalam posisi tertentu pun berangsur hilang.
Berarti secara logika, berenang meregangkan otot punggung, kemudian gerakan berenang secara benar mampu menarik atau meregangkan otot dan saraf tertentu terutama yang berseliweran di antara tulang punggung. Dengan izin Tuhan, sekiranya otot atau saraf yang terhimpit salah satu bagian tulang punggung saya harusnya sudah keluar ke tempat yang seharusnya.
Barusan beberapa waktu lalu saya juga sempat menceritakan kejadian yang dulu saya alami tersebut ke trainer fitness yang saya ikuti. Ternyata beliau juga pernah beberapa kali terkena HNP ini. Treatment yang beliau lakukan pada intinya secara substansi kurang lebih sama seperti anjuran berenang sang dokter spesialis saraf. Cuman kalau beliau sederhana, tidak melakukan berenang tapi cukup menggelantungkan badan, sambil sedikit menggoyangkan badan ke atas dan bawah, alias genjot-genjot dikit.
kurang lebih contohnya seperti ini menggelantung kemudian meniru posisi pull up (sumber pict: muscle and performance)
------
Salah satu dokter, dr. Marianti dalam alodokter.com membeberkan banyak hal tentang penyakit ini. Seperti kemungkinan-kemungkinan penyebab, solusi, hingga aneka treatment yang kemungkinan dilakukan oleh dokter.
Memang dalam salah satu poin dokter tersebut mengiyakan bahwa untuk level tertentu, penyakit ini membutuhkan operasi.
Tidak banyak yang bisa saya sarankan untuk kawan-kawan yang mungkin sedang atau pernah atau bahkan bakal mengalaminya keesokan hari, kecuali lebih safety saja dalam beraktivitas.
Belajar dari pengalaman saya, kita saat mengangkat beban yang berat, ada posisi-posisi tertentu yang riskan, ada posisi posisi tubuh yang aman. Takutnya ketika mengangkat beban berat, badan kita agak miring (perut kebawah menghadap ke depan, perut ke atas menghadap ke samping sedikit, memposisikan tulang punggung agak bengkok sehingga ada kemungkinan terbentuk rongga antara tulang punggung sehingga saraf bisa ke "selempit" di antara tulang).
Kemudian saran berikutnya, kalau ada sesuatu yang dirasa kurang beres di badan kita, sebaiknya kita periksakan utamanya kepada yang lebih berilmu yaitu dokter. Takutnya sifat meremehkan sesuatu itu malah membuat kita kedepannya bertambah rugi lebih banyak daripada sebelumnya.
Kalau memang sedang mengalami HNP ini, sesuai anjuran dokter, hindari dipijat. Kecuali oleh orang yang benar-benar tahu pemijatan saraf. Tapi alangkah baiknya jika kita hindari pemijatan, mengingat saraf itu di bawah kulit di antara daging, tidak bisa dilihat langsung secara kasat mata.
Semoga tulisan ini bermanfaat dan bisa menjadi pelajaran yang baik, tidak sekadar perihal teknisnya yang bermanfaat, namun bisa merubah mindset kawan-kawan pembaca untuk merubah pola pikir menjadi lebih baik, utamanya mengenai kesehatan.
FURQON643
0 komentar:
Posting Komentar