Entah kenapa jadi pengen nulis dengan topik ini. Mungkin salah satu faktor sehubungan dengan fluktuasi pergerakan saling serang opini di berbagai sosmed kali ya. Gerah rasanya. Apa lagi yang lagi hot, tentang buzzer dan lain-lain.
Guys, sebenarnya yang disampaikan dari pihak tertentu itu mempunyai nama alias "propaganda". Julukan ini sedang eksis dimana-mana. Tidak terbatas komunitas atau kelompok tertentu, subjek pelaku yang mencuatkan propaganda tertentu bisa jadi komunitas (dengan tujuan) komersil, kelembagaan baik profit atau nonprofit, bahkan orang biasa, sebentuk individu.
Masing-masing subjek pelaku melakukan propaganda, karena mereka masing-masing mempunyai visi misi tersendiri, untuk mempengaruhi mindset publik.
Saya yakin, para pembaca di sini paling tidak mempunyai pengetahuan sendiri untuk memaknai apa itu propaganda. Kalau dari kacamata saya, propaganda merupakan salah satu cara perseorangan atau kelompok-kelompok yang telah saya sebutkan diatas, berupa berbagi atau mempengaruhi opini publik (mindset masyarakat luas) mengenai wacana tertentu, dalam usahanya untuk mewujudkan visi misi mereka.
Cambridge dictionary mengartikan propaganda menjadi beberapa hal, salah satu poin pengertiannya memang sederhana seperti yang saya katakan. Kurang lebihnya salah satu sumber terkemuka ini menjelaskan bahwa propaganda adalah,
Information, ideas, opinions, or images that give one part of an argument, which are broadcast, published, etc, in order to influence people's opinions.
Yaitu informasi, ide, opini, bahkan foto-foto secara visual yang menjadi salah satu partisipan dari suatu argumen yang mana di sebarkan dipublikasi untuk mempengaruhi opini atau mindset masyarakat.
Professor Political Science dari Michigan State University bernama Bruce Lannes Smith secara sederhana malah menjelaskan yang lebih eksplisit lagi. Beliau berkata bahwa,
propaganda is dissemination of information—facts, arguments, rumours, half-truths, or lies—to influence public opinion.
Letak poin eksplisitnya adalah menempatkan propaganda sebagai sesuatu alat yang digunakan untuk merubah mindset masyarakat, namun ditekankan bahwa alat berupa informasi ini bisa mengandung fakta, argumen, rumor, setengah fakta (menonjolkan satu sisi fakta dan membuang sisi fakta yang lain karena ada kepentingan), ataupun hanya berupa kebohongan. Demi meraih suatu tujuan.
Kawan-kawan pembaca pasti bisa paham lah dari beberapa definisi di atas.
Tapi kali ini saya cuman ingin mengajak flashback kawan-kawan, bahwasanya propaganda itu tidak serta merta sesuatu yang berkonotasi negatif. Ada kalanya propaganda dilakukan untuk tujuan yang positif.
Pernah dengar propaganda Amerika terhadap masyarakatnya agar meningkatkan konsumsi terhadap produk susu? Atas pertimbangan susu atau fluid milk atau dairy, mengandung gizi yang beragam.
Propaganda produk ini dulu eksis, pernah menjadi iconic campaign di kebanyakan media barat. Pada tahun 90-an, di California saja, hampir 70 stasiun TV komersil ikut ambil bagian, terhitung sekitar 350 macam iklan promosi membanjiri media elektronik maupun cetak. Padahal soft launching nya sekitar tahun 80-an.
Sumber picture the drum
Propaganda positif untuk meningkatkan konsumsi masyarakat terhadap susu itu mempunyai tag terkenal "Got Milk?". Kata-kata yang terangkai sederhana, namun maknanya mendalam. Dan berhasil menyeret lembaga berkelas seperti The Milk Processor Education Program (MilkPEP), Washington, D.C. yang dominan dananya disumbang oleh beberapa perusahaan nasional yang mempunyai produk susu, berdedikasi untuk sosialisasi edukasi kepada masyarakat dalam peningkatan konsumsi susu sebagai sumber protein.
"MilkPEP continues to focus on driving consumer demand for milk by increasing milk’s relevance and establishing trust in milk", kabar Julia Kadison, CEO MilkPEP.
Mau gak mau, suka nggak suka, akhirnya kegiatan propaganda demi "mencerdaskan anak bangsa" inipun memaksa kementerian pertanian Amerika ikut ambil bagian dan memonitoring (U.S. Department of Agriculture’s atau USDA).
Pertanyaan kecil muncul. Kalau memang sudah banyak biaya yang dikucurkan untuk sosialisasi visi yang positif tersebut demi masyarakat, kerjasama telah dilakukan dengan baik bahkan dengan menteri agrikultural langsung, serta banyak stasiun TV, media cetak, dan hampir 300an aktor artis ikut ambil bagian, apakah kampanye propaganda ini berhasil?
Majalah Time ikut berkicau masalah progres propaganda ini.
"Per-capita consumption of fluid milk and cream fell by 25 percent from 1975 to 2012, according to the USDA".
Konsumsi per kapita susu alias diri ternyata jatuh 25%, dalam rentang tahun terkait, panjang dari data kementerian agrikultural Amerika. Tapi sebagai produk substitusi, ternyata ada kenaikan konsumsi di bahan lain seperti keju.
Ternyata belum sesuai ekspektasi, sedikit kecewa mencengkrama CEO MilkPEP pastinya. Tapi ternyata dia tidak menyerah.
Karena tidak beberapa lama kemudian, muncul slogan baru, mobilitas propaganda baru, di mana lebih fokus terhadap penyebaran informasi serta penanaman mindset ke masyarakat pada poin kekayaan kandungan gizi dalam susu. "Milk Life", berangkat dari slogan sederhana bahwa susu mempunyai sedikitnya 8 gram protein yang terkandung pada tiap gelasnya.
Wah kalau propaganda positif saya pasti akan mendukung. Apalagi dengan niat baik untuk mencerdaskan anak bangsa.
Sumber picture Pinterest, milk Life, genpink.com
Guys, sekian dulu pengulasan singkat dari saya. Semoga bermanfaat. Saya harap wacana minimal propaganda secara definitif, serta contoh propaganda positif di atas bisa memberi tambahan wacana, dan memberi semangat, terutama kesadaran bahwa kemampuan kita atau komunitas dalam berkomunikasi, merupakan satu senjata, yang mana bisa kita pergunakan dengan baik atau sebaliknya malah melukai diri kita sendiri baik sengaja maupun tidak.
Akhir kata, salam, selamat beraktifitas dan menggiatkan lagi untuk menambah wawasan.
FURQON643
0 komentar:
Posting Komentar