WELCOME

Banyak wacana yamg bisa didapat. Tinggal pilih kategori sesuai kepo. Enjoy it!

Minggu, 26 Januari 2020

10 Cara Bijak dalam Menyikapi Sosial Media: Studi Kasus Penderita Social Disorder

Bermain sosial media untuk banyak orang merupakan momen yang menyenangkan. Banyak sosial media zaman sekarang, kebanyakan merupakan wadah yang sengaja disediakan oleh provider untuk saling berbagi, berkomentar, bisa jadi curhat, dan segala hal yang bagi sebagian orang merupakan hal yang menyenangkan. Tersebutlah Facebook, Twitter, Instagram, Flickr, Foursquare, Path, bahkan YouTube.

Misalnya Facebook. Bisa dibilang kurang lebih seperti refleksi dari kehidupan sehari-hari seseorang. Postingan sedang makan, bepergian, berbelanja, notabene segala aktivitas sehari-hari. Interaksi di dalamnya sama seperti sosial media lainnya, pada titik tertentu kita seperti terbawa pada rasa ketakutan tersendiri, kekhawatiran, serta rasa tidak aman. Langsung maupun tak langsung. Duduk, memandangi layar handphone atau layar komputer, mengamati apa yang disajikan sosial media, mulai timbul rasa obsesi, dan pada level tertentu mulai muncul sedikit rasa khawatir terhadap apa-apa yang dipikirkan orang lain terhadap kita.

Menunggu comment, begitu komentar muncul dari netizen, ada yang membuat happy, sebagian malah merusak mood. Ya kalau masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Kalau bertengger di pikiran? Tertanam di kepala selama beberapa waktu? Atau pada level lanjutan kemudian, malah bisa merusak mood untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Bisa jadi hanya terdiam menunggu like atau komen yang tak kunjung muncul.


Banyak banget sosial media di zaman milenial ini, sumber gambar chaostrophic.com

Arlin Cuncic, seorang psikolog yang bekerja di departemen psikologi di University of Western Ontario, secara eksplisit menyebut bahwa dampak dari sosial media seperti yang telah diulas sedikit di atas, sangat besar pengaruhnya (pengaruh negatif) bagi orang-orang yang menderita Social Anxiety Disorder (SAD), atau dengan kata lain merupakan salah satu kecemasan sosial.

Kecemasan seperti ini identik dengan "sedikit" ketakutan atau kekhawatiran dalam hal menjadi objek perhatian orang banyak, objek justifikasi, takut dipermalukan.

Quote:Ada sedikit ciri-ciri kognitif nya.
- takut ketika ada kondisi kamu tidak mengenal seseorang atau takut pada orang asing
- khawatir akan justifikasi orang terhadap diri sendiri
- benar-benar takut bila dipermalukan orang lain
- cenderung menghindar dari hiruk pikuk dunia sosial
- berpikir bahwa orang lain akan memperhatikan kecemasan kita


Tapi tidak melulu tips ini untuk orang yang menderita SAD. Ada baiknya beberapa poin berikut juga dipertimbangkan oleh orang-orang seperti kita, harapannya bisa meminimalisir tingkat ketergantungan terhadap sosial media.


Social anxiety disorder identik dengan ketakutan tersendiri bagaimana pandangan orang-orang terhadap dirinya, sumber-gambar trisulamagazine.com

Untuk bisa melakukan kontrol lebih lanjut terhadap ketergantungan sosial media, dan kecemasan yang mungkin timbul di dalamnya, kita bisa mencoba untuk berhenti melakukan beberapa hal berikut.

Terobsesi dengan postingan
Mungkin agak susah ya. Bagi sebagian besar kita. Karena kebiasaan yang sudah kita lakukan, terkadang mau membikin status aja mikir banget, kalimat apa yang sesuai untuk diluncurkan di wall atau halaman sosial media kita.

Kalau orang yang mempunyai kecenderungan SAD, dia akan overthinking mengenai status apa yang akan dibuat. Takut menyinggung banyak orang, atau beberapa orang, takut dipermalukan, khawatir ada justifikasi yang tidak tidak, cemas akan muncul ujaran kebencian dari orang lain, dan lain sebagainya.

Psikolog terkait mempunyai tips jitu. Habiskan waktu hanya satu atau dua menit untuk menulis status. Karena sang psikolog duga, lebih banyak waktu yang dibutuhkan untuk membuat suatu posting, maka makin ruwet pikiran di kepala, kuatir ini dan itu, banyak poin menggerombol di kepala, dan didominasi pikiran pikiran yang tidak perlu.


Lagian kalau terlalu lama menatap monitor handphone atau komputer, bisa menyebabkan penurunan kesehatan mata, sumber gambar lifewire.com

Pernahkah untuk membuat status bisa menghabiskan waktu 5-10 menit atau setengah jam? Kalau iya, waktunya berubah.

Berfikir bahwa kawan lain di sosial media mempunyai banyak momen yang lebih menyenangkan daripada kita
Kalau kita melihat postingan teman teman sosial media yang lain, terkadang kita berpikir bahwa mereka mempunyai banyak momen bahagia dan lebih menyenangkan daripada yang kita punya.

Mohon diingat saja, teman-teman dunia maya juga seperti kita, ingin menunjukkan segala hal yang positif di postingannya. Bisa jadi seperti momen menyenangkan yang mereka kerjakan, atau betapa bahagianya kehidupan mereka yang sedang berjalan.


Melihat sejenak dari postingannya, kita menangkap bahwa dia kaya, dan mungkin dia bahagia dengan kekayaannya, tapi semuanya belum tentu, ini cuman secuil dari samudra besar kehidupannya, sumber gambar pauznet.com

Psikolog wanita terkait menyarankan, kita harus berhenti melakukan perbandingan, karena kita hanya melihat secuil dari momen kehidupan, di mana mereka sudah memfilter baik-baik momen kehidupan mereka. Mungkin yang positif-positif diposting, tapi sebagian besar kehidupan yang ada lika-liku naik turunnya, tidak diperlihatkan kepada khalayak publik.

Seperti saat kita melihat movie Hollywood. Kita melihat segala hal yang positif, seperti aksi James Bond yang benar-benar membuat kita berdecak kagum, tapi kita lupa, ada saat-saat si James Bond tidur, buang air besar dan buang air kecil, sakit perut, menderita flu, dan segala hal lain yang tidak ditampilkan di film. Atau saat dia kentut di kala tidur. Tidak pernah diperlihatkan di layar kaca. Adanya aksi keren dia yang mendebarkan hati.

Menduga teman-teman dunia maya yang lain mempunyai banyak teman daripada kita
Membandingkan teman di akun sosial media kita dengan teman yang dimiliki teman kita di sebelah? Kita hanya memiliki sedikit, ratusan, sedangkan teman kita yang di sebelah mempunyai subscriber atau pengikut ribuan? Dan kita ada sedikit kekecewaan terhadap diri kita sendiri?


Dari banyaknya teman di dunia maya, berapa teman yang kita benar-benar mengenal? Sumber gambar partneringinsuccess.com

Ini cuman persepsi. Jangan lupa, dunia maya itu penuh dengan orang-orang asing, bisa jadi friend request muncul, banyak banget, tapi kan pemilik akun tidak benar-benar mengenal sebagian besar mereka? Mereka tidak pernah bertemu, mungkin juga tidak pernah berkomunikasi banyak.

Hentikan kecemasan seperti ini. Karena menurut psikolog expert terkait, kita harus ingat bahwa yang kita kedepankan adalah kualitas pertemanan, bukan kuantitas. Tetapi banyak orang melupakan konsep ini.

Deactivated and activated account
Kalau pernah terbuai dengan kondisi seperti ini, seperti off akun kemudian on lagi, sepatutnya kita menghentikan kebiasaan ini, apalagi kalau off dan on ini terkait dengan kekhawatiran merasa terganggu, atau hanya merasa tak enak (feel bad). Kalau memang sedang down, dan merasa tidak ada gunanya akun itu lagi, nggak usah ragu, delete permanen aja sekalian. Ambil keputusan lalu lakukan. Sifat ragu-ragu buang saja.

Khawatir performa dikala kita posting foto
Pada tahun 2015 ada penelitian di salah satu jurnal psikologi, berjudul Cyberpsychology, Behavior and Social Networking, mengulas bahwa ada keterkaitan tertentu antara kecemasan sosial, dengan problematika penggunaan sosial media, pada jurnal tersebut dikaitkan dengan sosial media Facebook. Pada penelitian terkait, SAD, identik dengan kecemasan sosial sangat terkait dengan approval teman dunia maya terhadap foto yang dia posting, beserta segala komentar, dan hal ini yang membuat beberapa orang over use atau mengkonsumsi berlebihan sosial media.


Asalkan fotonya tidak menyalahi kode etik sosial ya sudah, tidak menyinggung orang tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku baik hukum perundang-undangan dan hukum agama, ya sudah, sumber gambar eventmarketer.com

Tolong diingat saja, bahwa pengguna sosial media itu bisa jutaan orang, dan mereka pasti pernah melakukan posting foto yang tidak menarik. Hal itu wajar kok. Nggak mungkin dari berjuta-juta orang tersebut semua melakukan posting gambar yang benar-benar bagus. Jangan overthinking lah.

Kalau suatu ketika anda menemukan bahwa muncul kekhawatiran di dalam diri terhadap apa yang orang bicarakan, judge ke Anda, takut dipermalukan, sehubungan dengan posting foto, sudahlah, anggap saja anda sedang melakukan "peningkatan harga diri", alias self-esteem, percaya diri aja, sehingga berbagai opini yang mungkin muncul, dari banyak orang dan didominasi oleh orang-orang yang tidak kita kenal dengan baik, anggap sebagai angin lalu dan tidak berpengaruh banyak terhadap pikiran kita.

Berpikir bahwa kita harus menerima semua permintaan pertemanan
Bisa jadi kita menerima friend request dari seseorang yang kita tidak tahu, tidak tahu sama sekali maksudnya, atau orang yang sedikit tahu tanpa mengenalnya lebih jauh, atau mungkin dari orang-orang yang kamu sama sekali tidak ingin tahu siapa dia.


Kadang pengen menerima semua friend request yah, sumber gambar steemit.com

Sadar nggak? Kita itu tidak ada kewajiban untuk menerima semua friend request yang masuk. Hindari saja merasa tidak enak, dan segala hal yang berkonotasi negatif lain. Saatnya memikirkan diri sendiri dulu. Seperti yang sudah saya katakan di atas, kualitas lebih baik daripada kuantitas.

Terlalu banyak waktu yang terpakai hanya untuk melototi sosial media tersebut
Ingat saja, bahwa kehidupan di realita itu lebih penting daripada dunia maya. Bedakan antara hiburan dan kehidupan asli. Apa apa yang bisa didapat dari dunia maya, dan berbagai hal yang bisa didapat dari kehidupan nyata bila kita mau berusaha.

Stalking orang lain
Banyak alasan seseorang melakukan stalking akun orang lain. Entah itu mantan, sahabat dekat yang lama tidak komunikasi, musuh dalam selimut, orang yang pernah menyakiti kita, dan masih banyak niat lain, hanya saja, perlu diingat bahwa stalking itu kegiatan yang sangat tidak produktif.


Stalking biasanya berangkat dari kepo, sumber gambar ravishly.com

Mungkin kita merasa mendapat angin segar, jangka waktu pendek, tapi bila menjadi kebiasaan, maka dalam jangka waktu panjang ini adalah perilaku yang dapat menimbulkan ketergantungan, pada kala berikutnya, kegiatan ini malah banyak menghabiskan waktu.

Fokus aja sama waktu kita. Bisa jadi, fokus aja dengan memperbaiki komunikasi dengan salah satu atau dua teman, siapa tahu bisa menjadi teman baik, dan kesempatan komunikasi tersebut bisa membawa kita benar-benar mengenal seseorang tersebut.

Halaman publik?
Kuatir ada ujaran ini itu dari banyak orang? Ingin lebih jujur lagi dalam postingan? Apa adanya gitu. Atau mungkin beberapa informasi yang agak sensitif? Daripada banyak kekhawatiran, lebih baik mengganti profile akun tidak publik lagi tapi ada lingkaran teman. Dengan begitu kita bisa jadi lebih jujur daripada sebelumnya. Ada adventage alias manfaat lain, selain kita bisa lebih jujur, yaitu mempererat hubungan kita dengan beberapa teman baik kita.

Nggak pernah keluar ke publik atau dunia sosial
Ada identik dengan poin sebelumnya sih. Buat circle teman tersendiri. Jadi komunikasi bisa lebih privasi, mengenal teman dengan baik, dan sebaliknya mereka juga mengenal kita dengan baik.


Sepatutnya dicoba dengan membuat circle sendiri, hanya berisikan teman-teman yang tepat, terdekat, dan mempunyai banyak kesamaan, sumber gambar dreamstime.com

Tidak melulu yang online itu mempunyai banyak manfaat buat user. Coba pilah-pilah dan ambil manfaat positif dari masuknya kita ke dunia sosial media. Kita bisa memakai sosial media untuk lingkup teman-teman tertentu. Tidak melulu harus publik. Kalau sudah dilakukan, kita bisa nyaman: lebih jujur, merasa dekat dengan beberapa orang dan mengenalnya lebih baik daripada sebelumnya, menambah wawasan pada topik tertentu, dan waktu yang kita gunakan jadi lebih berguna untuk sesuatu yang bermanfaat.

Coba deh. Baik untuk orang-orang yang mempunyai kecenderungan SAD maupun orang biasa, hal ini merupakan prinsip itu yang lebih bermanfaat dalam urusan bijaknya menggunakan sosial media.



Jangan sampai penggunaan kita terhadap sosial media malah membuat mood kita sedih, padahal awalnya kita bergantung pada sosial media untuk mengambil manfaat, baik rasa bahagia, menambah teman, maupun meningkatkan penjualan bagi yang menggunakannya untuk bisnis. Semua kembali ke pribadi masing-masing.

Sering kita dengar ujaran untuk lebih bijak dalam penggunaan sosial media. Mudah-mudahan beberapa poin di atas bisa membantu. Mohon dicamkan baik-baik, waktunya untuk merubah diri, siapa tahu dengan berkecimpung nya kita di sosial media, bisa menambah kualitas kehidupan kita agar lebih baik daripada sebelumnya.

Semoga bermanfaat selamat beraktifitas, Dan saya harap dijaga Tuhan selalu dalam segala kondisi kapanpun dimanapun, sekeluarga, kolega saudara-saudara dan teman-teman Anda.

See you next time.




Furqon643




Sumber
Di sini.

0 komentar:

Posting Komentar