Mediocre, pada kosa kata lain biasa disebut mediocrity, ataupun mediocrities, merupakan suatu attitude alias sikap dan cara berperilaku individu. Mungkin sebagian teman ada yang belum tahu apa itu, dan bagaimana sikap yang dimaksud pada kosakata ini. Tapi saya coba mengulasnya sedikit.
Kalau dalam Cambridge Dictionary, kosakata ini mempunyai konotasi negatif. Mediocrity bisa berarti "the quality of being not very good", kualitas di mana menjabarkan level yang tidak "bagus-bagus amat", sedangkan pada pemaknaan yang kedua, "a person that is not very good at something ,or not very good at anything in particular". Seseorang yang tidak bagus dalam melakukan sesuatu, merasa tidak bagus dalam melakukan banyak hal.
Step out kuy, sumber gambar edwardpallas.com
Mediocre bisa berarti kepribadian yang merasa biasa-biasa saja. Menganggap dirinya hanya orang biasa banget, dalam level lain cenderung menganggap dirinya tidak memiliki keahlian atau apapun yang bisa dibanggakan atau dilakukan.
Seperti yang dikatakan oleh Plinio Correa de Oliveira, seorang aktivis intelektual dan Katolik Brazil di Sao Paulo, orang yang memiliki kepribadian mediocre mempunyai level di bawah "orang biasa", atau bisa disebut the average.
Orang-orang dengan kepribadian seperti ini (mediocre alias satu level di bawah orang average) identik dengan rasa malas dan hanya melakukan sesuatu yang menyenangkan buat dia, secara sarkasme, hanya melakukan yang sejauh jangkauan tangan, "whatever is within reach of their hands".
Bangun bangun belum mandi seminggu gitu, sumber gambar spirosk-photography.gr
Kenapa ada pemerhati psikologi yang membahas topik berupa orang-orang dengan kepribadian seperti ini?
Karena selain identik dengan rasa malas, para expert keilmuan ingin menggugah hati kita bahwa kondisi seperti ini bila dibiarkan maka pribadi tersebut akan jatuh terbenam dalam situasi stagnan dalam kehidupannya.
Seharusnya seseorang normal bisa melihat ke depan, tentang segala apa yang bisa diraih dan di usahakan sekarang, dalam arti secara normal orang kan orientasi masa depan, tapi kepribadian seperti ini enggan melihat ke belakang (lack of historical sense) aplikasinya seperti ogah untuk belajar dari masa lalu mengenai keputusan apa yang harus dilakukan sekarang demi masa depan.
seharusnya berimbang, karena normalnya manusia, melihat ke depan adalah prediksi, melihat ke belakang adalah berkaca dari masa lalu, semuanya untuk menyimpulkan dan "what will i do next", sumber gambar wallpaperaccess.com
Kepribadian seperti ini juga enggan untuk melihat ke depan, jadi minim untuk menganalisa serta memprediksi, dan ini menjalar kepada perilaku lain yang berkonotasi negatif, seperti merasa malas untuk berpikir terhadap langkah kehidupannya, membuat kesimpulan atau konklusi dari setiap perilaku berupa imbas dan sebab musabab.
Tahu comfort zone alias zona nyaman pastinya kan? Jadi kasarnya teman-teman pada golongan demikian lebih nyaman di zona semacam ini.
Membuka pintu "melangkahkan kaki" ke dunia luar memberikan ketakutan tersendiri, karena menurut mereka identik dengan paksaan untuk melakukan adventure, bergelimang dengan berbagai resiko, jadi mereka takut melangkah. Seperti benar-benar terlarut "rasa aman serta sejahtera" di zona nyaman.
Bisa jadi ada ketakutan tersendiri sebelum melangkah, seperti mau melangkah ke tempat yang sangat gelap, sumber gambar enduringstepbystep.blogspot.com
Seorang bule yang mempunyai keahlian di bidang sosial psikologis, April Seifert, mengategorikan sifat ini dengan peristilahan "fear of success". Takut sukses. Lebih identik kepada ketakutan seseorang untuk melangkah keluar dari zona nyaman.
Untuk mempermudah teman-teman pembaca dalam memahami kondisi kawan-kawan kita seperti ini, Mindpluck memberi contoh simpel yang benar-benar masuk di pikiran.
Memahami mediocre memang selayaknya dengan contoh di mana kita persempit kepribadian seperti ini pada mindset. Sekarang Anda, membaca artikel ini di Kaskus, dalam kondisi yang sedang Anda rasakan, anda sudah sangat bahagia mendownload artikel ini agar bisa dibaca dalam koneksi 2G. Dan sampai kapanpun Anda akan bahagia dengan koneksi sekelas ini.
Sementara sahabat Anda sendiri, katakanlah dia bernama si Cendol, beberapa waktu lalu juga merasa cukup dengan adanya koneksi 2G, tapi dia melihat kebutuhan, kerjanya handphone selain untuk membaca artikel bermanfaat, di luaran sana banyak artikel yang harus dibaca, belum lagi ingin mempermudah pekerjaan dia, juga mengakses segala hal di internet, belum lagi perkembangan kecepatan konektivitas saat bermain game, akhirnya dia menabung, bekerja dengan baik, agar suatu hari bisa membeli handphone dengan koneksi 5G.
Haloooooo, Sumber gambar horroraddicts.wordpress.com
Masih contoh juga dari Mindpluck, coba bayangkan Anda berada di 3 kasus ini. Kasus ya bukan Kaskus.
Kasus 1 : bayangkan jika anda sudah menetapkan target dalam hidup kemudian mendapatkan apa yang selama ini diinginkan.
Kasus 2: mendapatkan lebih dari yang yang diinginkan.
Kasus 3: mendapatkan kurang dari yang seharusnya Anda dapat.
Kalau sudah kita beranjak ke jenjang berikutnya.
Kasus 1 di mana Anda mungkin beruntung dalam kehidupan, tapi pada konsep orang-orang yang berkepribadian mediocrity, ada beberapa hal yang sangat disayangkan. Katakanlah kasus satu ini bila kita mainkan angka, Anda mencapai poin 80 dari 100. Jika anda bukan orang mediocrity, itu yang diharapkan, karena anda akan membuka potensi agar mencapai angka 100, bahkan hingga 130 dalam level kehidupan. Tetap berusaha tidak berbahagia serta stagnan di angka 80.
Kasus 2, dikatakan oleh admin terkait bahwa kondisi ini adalah the worst case scenario. Jangan berpuas diri dulu, merasa udah mendapatkan semua yang diinginkan. Berusaha lagi, pasti bisa dapat yang lebih.
Kasus 3, bisa ada dua kemungkinan di sini, memang Anda nya males, atau memang sudah berusaha tapi masih level ini yang didapat. Kalau memang merasa dalam zona nyaman, berusaha masih enggan, bahkan muncul berpuas diri dalam kekurangan, bisa jadi mediocrity ada di dalam pikiran. Tapi jika sebaliknya, merasa kurang dan berusaha untuk bangkit, hal ini yang diharapkan.
Sering berpikir yang enggak-enggak? Coba, pikiran seperti apa yang suka muncul? Sumber gambar behance.net
Kalau memang masih agak susah juga untuk memahami kondisi psikis seperti ini, saya mengambil contoh mindset yang mungkin spontanitas terbentuk pada beberapa orang "mediocrity", berangkat dari beberapa penelitian yang dilakukan oleh psikolog sekaligus penulis bule, April Seifert. Jika pernah ada pikiran pikiran seperti dibawah ini, mungkin sebaiknya kedepannya tinggalkan.
Fear of being seen or judged
"Kalau saya mulai melakukan begini-begini bisa-bisa orang-orang ngamatin saya terus, komentar yang nggak-nggak, mending aku nggak melakukan ini deh biar aku nggak denger komentar-komentar mereka", (Padahal dia lagi ngelakuin sesuatu yang positif dan bisa menggali potensi dia lebih dalam lagi)
Fear of leaving others behind
"Kalau aku makin sukses makin kaya makin berkembang, bisa-bisa nanti temanku berkurang, keluarga juga gak komunikasi sebaik sekarang ini, dan mereka semua bakal tidak memahami ane dengan baik, hubungan kami bakal tidak sebaik sekarang, itulah mengapa ada peribahasa seseorang yang mencapai puncak nanti bakal sendirian,"
Fear of letting people down
"Kalau aku menjadi sukses, kaya, dan berhasil, maka akan banyak orang yang bergantung pada saya, gimana ya, bingung, aku takut mereka kecewa, aku takut mereka malah merugi,"
Kemudian beberapa hal seperti ini juga terjadi di pikiran pribadi sendiri.
Impostor syndrome
"Kalau aku menapaki jalan yang ini, kemudian nanti aku menyadari bahwa sebenarnya aku tidak sebagus yang aku pikir gimana ya,"
Self limiting beliefs
"Emangnya aku bener-bener bisa melakukan semua ini? Aku kan nggak spesial, tidak mampu sebenarnya ngelakuin ini semua, emangnya aku siapa?"
Fear of failure
"Bukannya semakin tinggi kita terbang maka jatuhnya nanti semakin sakit ya?"
Fear of change
"Kalau aku bisa melakukan ini semua, nanti kehidupanku seperti apa ya? Semua pasti banyak yang berubah emangnya aku udah siap sama perubahan-perubahan itu? Jangan-jangan nanti bakal muncul kendala-kendala yang tidak terprediksi?"
Pernah enggak kepikiran kata-kata seperti itu di kepala?
Pikiran yang mengganggu singkirkan, sumber gambar psychologytoday.com
Lebih lanjut boleh psikolog tersebut juga menekankan, bertahan pada zona nyaman ketika pikiranmu atau jiwamu atau dunia atau Tuhan atau teman-teman atau keluarga menyuruhmu untuk mencapai 1 level lebih maju, kelihatannya anda sedang mengidap sedikit ciri orang mediocrity.
Bayangkan aja deh misalkan seluruh orang bumi mengidap pemikiran seperti ini. Tahu nggak apa yang terjadi?
Sebenarnya ini sarkasme tapi ada benernya juga, sumber gambar pinterest.com
Nggak akan ada yang namanya Facebook, nggak akan ada yang namanya komputer handphone dan mobil yang bisa berseliweran ke sana kemari di jalan, karena kesemuanya identik dengan penemuan-penemuan, dimana kesemuanya ditemukan oleh orang yang berjuang, memeras tenaga pikiran serta waktu, agar mencapai 1 level kehidupan yang lebih baik daripada sebelumnya.
Enggak ada yang namanya rumah bagus bagus seperti sekarang, dalam arti facade maupun arsitektur, karena arsitektur indah indah seperti sekarang berangkat dari para ahli arsitek yang enggan stagnan dengan model itu-itu saja. Adanya mungkin sekarang hanya gubuk batu atau gubuk dari dedaunan tanaman.
Bayangin aja nggak ada orang-orang yang mau melakukan penelitian di bumi, di bidang apapun di segala segi, sumber gambar twitter.com
Enggak ada yang namanya jalan raya. Karena kalau orang-orang mengejan menggali ilmu, belajar lebih banyak lagi kemudian melakukan berbagai penelitian, nggak akan ada orang yang bisa menemukan mixing bagus antara bebatuan pasir dan zat kimia lain yang bisa menghasilkan aspal.
Udah deh gak usah jauh-jauh. Kalau semua orang di bumi pada mediocrity semua, sekarang bumi tidak seperti yang kita lihat. Karena setiap orang benar-benar takut untuk berkembang, tidak mau untuk melangkah maju lebih baik daripada sebelumnya, tidak mau mencoba penelitian karena takut salah, bener-bener terkungkung dengan keadaan awal dia hidup: adanya apa ya udah seperti ini.
Nggak bakalan ada perkembangan kehidupan berarti, sumber-gambar sci-news.com
Tidak akan ada peta dunia, karena orang tidak mau keluar dari daerahnya mengarungi bumi, takut dimakan hewan buas di luar sana serta takut tersasar di negeri antah berantah.
Ah, untunglah hanya sedikit orang yang ada indikasi seperti. Adapun jika ada, solusi terbaik adalah segera sadar, menyadari bahwa kita adalah manusia yang punya keunggulan masing-masing, tidak berhenti belajar dan melangkah serta menatap kedepan, menjadikan hal-hal yang telah kita lalui sebagai pelajaran, positive thinking, mempercayai bahwa takdir dari Tuhan itu bisa dirubah dan pasti ada reward tersendiri atas kerja keras kita yang nantinya akan diberikan oleh Tuhan.
Ah, ayo melangkah ke depan. Dunia masih luas. Syukuri apa yang sudah ada, tapi, mensyukuri kemampuan juga harus loh, dengan cara apa, berusaha lebih baik lagi kedepannya. Bersyukur karena mempunyai tangan ya dengan berbuat, bersyukur karena mempunyai otak, ya dengan dibuat berfikir.
Ah, mungkin saya sudah sampai disini dulu melantur saya, semoga bermanfaat, silakan kabari saya kalau Anda udah memijak level baru di kehidupan.
Jangan takut. Tuhan bersama kita.
World need you.
Furqon643
Sumber
Di sini.
Di sini.
Di sini.
Di sini.
Kalau dalam Cambridge Dictionary, kosakata ini mempunyai konotasi negatif. Mediocrity bisa berarti "the quality of being not very good", kualitas di mana menjabarkan level yang tidak "bagus-bagus amat", sedangkan pada pemaknaan yang kedua, "a person that is not very good at something ,or not very good at anything in particular". Seseorang yang tidak bagus dalam melakukan sesuatu, merasa tidak bagus dalam melakukan banyak hal.
Step out kuy, sumber gambar edwardpallas.com
Mediocre bisa berarti kepribadian yang merasa biasa-biasa saja. Menganggap dirinya hanya orang biasa banget, dalam level lain cenderung menganggap dirinya tidak memiliki keahlian atau apapun yang bisa dibanggakan atau dilakukan.
Seperti yang dikatakan oleh Plinio Correa de Oliveira, seorang aktivis intelektual dan Katolik Brazil di Sao Paulo, orang yang memiliki kepribadian mediocre mempunyai level di bawah "orang biasa", atau bisa disebut the average.
Orang-orang dengan kepribadian seperti ini (mediocre alias satu level di bawah orang average) identik dengan rasa malas dan hanya melakukan sesuatu yang menyenangkan buat dia, secara sarkasme, hanya melakukan yang sejauh jangkauan tangan, "whatever is within reach of their hands".
Bangun bangun belum mandi seminggu gitu, sumber gambar spirosk-photography.gr
Kenapa ada pemerhati psikologi yang membahas topik berupa orang-orang dengan kepribadian seperti ini?
Karena selain identik dengan rasa malas, para expert keilmuan ingin menggugah hati kita bahwa kondisi seperti ini bila dibiarkan maka pribadi tersebut akan jatuh terbenam dalam situasi stagnan dalam kehidupannya.
Seharusnya seseorang normal bisa melihat ke depan, tentang segala apa yang bisa diraih dan di usahakan sekarang, dalam arti secara normal orang kan orientasi masa depan, tapi kepribadian seperti ini enggan melihat ke belakang (lack of historical sense) aplikasinya seperti ogah untuk belajar dari masa lalu mengenai keputusan apa yang harus dilakukan sekarang demi masa depan.
seharusnya berimbang, karena normalnya manusia, melihat ke depan adalah prediksi, melihat ke belakang adalah berkaca dari masa lalu, semuanya untuk menyimpulkan dan "what will i do next", sumber gambar wallpaperaccess.com
Kepribadian seperti ini juga enggan untuk melihat ke depan, jadi minim untuk menganalisa serta memprediksi, dan ini menjalar kepada perilaku lain yang berkonotasi negatif, seperti merasa malas untuk berpikir terhadap langkah kehidupannya, membuat kesimpulan atau konklusi dari setiap perilaku berupa imbas dan sebab musabab.
Tahu comfort zone alias zona nyaman pastinya kan? Jadi kasarnya teman-teman pada golongan demikian lebih nyaman di zona semacam ini.
Membuka pintu "melangkahkan kaki" ke dunia luar memberikan ketakutan tersendiri, karena menurut mereka identik dengan paksaan untuk melakukan adventure, bergelimang dengan berbagai resiko, jadi mereka takut melangkah. Seperti benar-benar terlarut "rasa aman serta sejahtera" di zona nyaman.
Bisa jadi ada ketakutan tersendiri sebelum melangkah, seperti mau melangkah ke tempat yang sangat gelap, sumber gambar enduringstepbystep.blogspot.com
Seorang bule yang mempunyai keahlian di bidang sosial psikologis, April Seifert, mengategorikan sifat ini dengan peristilahan "fear of success". Takut sukses. Lebih identik kepada ketakutan seseorang untuk melangkah keluar dari zona nyaman.
Untuk mempermudah teman-teman pembaca dalam memahami kondisi kawan-kawan kita seperti ini, Mindpluck memberi contoh simpel yang benar-benar masuk di pikiran.
Memahami mediocre memang selayaknya dengan contoh di mana kita persempit kepribadian seperti ini pada mindset. Sekarang Anda, membaca artikel ini di Kaskus, dalam kondisi yang sedang Anda rasakan, anda sudah sangat bahagia mendownload artikel ini agar bisa dibaca dalam koneksi 2G. Dan sampai kapanpun Anda akan bahagia dengan koneksi sekelas ini.
Sementara sahabat Anda sendiri, katakanlah dia bernama si Cendol, beberapa waktu lalu juga merasa cukup dengan adanya koneksi 2G, tapi dia melihat kebutuhan, kerjanya handphone selain untuk membaca artikel bermanfaat, di luaran sana banyak artikel yang harus dibaca, belum lagi ingin mempermudah pekerjaan dia, juga mengakses segala hal di internet, belum lagi perkembangan kecepatan konektivitas saat bermain game, akhirnya dia menabung, bekerja dengan baik, agar suatu hari bisa membeli handphone dengan koneksi 5G.
Haloooooo, Sumber gambar horroraddicts.wordpress.com
Masih contoh juga dari Mindpluck, coba bayangkan Anda berada di 3 kasus ini. Kasus ya bukan Kaskus.
Kasus 1 : bayangkan jika anda sudah menetapkan target dalam hidup kemudian mendapatkan apa yang selama ini diinginkan.
Kasus 2: mendapatkan lebih dari yang yang diinginkan.
Kasus 3: mendapatkan kurang dari yang seharusnya Anda dapat.
Kalau sudah kita beranjak ke jenjang berikutnya.
Kasus 1 di mana Anda mungkin beruntung dalam kehidupan, tapi pada konsep orang-orang yang berkepribadian mediocrity, ada beberapa hal yang sangat disayangkan. Katakanlah kasus satu ini bila kita mainkan angka, Anda mencapai poin 80 dari 100. Jika anda bukan orang mediocrity, itu yang diharapkan, karena anda akan membuka potensi agar mencapai angka 100, bahkan hingga 130 dalam level kehidupan. Tetap berusaha tidak berbahagia serta stagnan di angka 80.
Kasus 2, dikatakan oleh admin terkait bahwa kondisi ini adalah the worst case scenario. Jangan berpuas diri dulu, merasa udah mendapatkan semua yang diinginkan. Berusaha lagi, pasti bisa dapat yang lebih.
Kasus 3, bisa ada dua kemungkinan di sini, memang Anda nya males, atau memang sudah berusaha tapi masih level ini yang didapat. Kalau memang merasa dalam zona nyaman, berusaha masih enggan, bahkan muncul berpuas diri dalam kekurangan, bisa jadi mediocrity ada di dalam pikiran. Tapi jika sebaliknya, merasa kurang dan berusaha untuk bangkit, hal ini yang diharapkan.
Sering berpikir yang enggak-enggak? Coba, pikiran seperti apa yang suka muncul? Sumber gambar behance.net
Kalau memang masih agak susah juga untuk memahami kondisi psikis seperti ini, saya mengambil contoh mindset yang mungkin spontanitas terbentuk pada beberapa orang "mediocrity", berangkat dari beberapa penelitian yang dilakukan oleh psikolog sekaligus penulis bule, April Seifert. Jika pernah ada pikiran pikiran seperti dibawah ini, mungkin sebaiknya kedepannya tinggalkan.
Fear of being seen or judged
"Kalau saya mulai melakukan begini-begini bisa-bisa orang-orang ngamatin saya terus, komentar yang nggak-nggak, mending aku nggak melakukan ini deh biar aku nggak denger komentar-komentar mereka", (Padahal dia lagi ngelakuin sesuatu yang positif dan bisa menggali potensi dia lebih dalam lagi)
Fear of leaving others behind
"Kalau aku makin sukses makin kaya makin berkembang, bisa-bisa nanti temanku berkurang, keluarga juga gak komunikasi sebaik sekarang ini, dan mereka semua bakal tidak memahami ane dengan baik, hubungan kami bakal tidak sebaik sekarang, itulah mengapa ada peribahasa seseorang yang mencapai puncak nanti bakal sendirian,"
Fear of letting people down
"Kalau aku menjadi sukses, kaya, dan berhasil, maka akan banyak orang yang bergantung pada saya, gimana ya, bingung, aku takut mereka kecewa, aku takut mereka malah merugi,"
Kemudian beberapa hal seperti ini juga terjadi di pikiran pribadi sendiri.
Impostor syndrome
"Kalau aku menapaki jalan yang ini, kemudian nanti aku menyadari bahwa sebenarnya aku tidak sebagus yang aku pikir gimana ya,"
Self limiting beliefs
"Emangnya aku bener-bener bisa melakukan semua ini? Aku kan nggak spesial, tidak mampu sebenarnya ngelakuin ini semua, emangnya aku siapa?"
Fear of failure
"Bukannya semakin tinggi kita terbang maka jatuhnya nanti semakin sakit ya?"
Fear of change
"Kalau aku bisa melakukan ini semua, nanti kehidupanku seperti apa ya? Semua pasti banyak yang berubah emangnya aku udah siap sama perubahan-perubahan itu? Jangan-jangan nanti bakal muncul kendala-kendala yang tidak terprediksi?"
Pernah enggak kepikiran kata-kata seperti itu di kepala?
Pikiran yang mengganggu singkirkan, sumber gambar psychologytoday.com
Lebih lanjut boleh psikolog tersebut juga menekankan, bertahan pada zona nyaman ketika pikiranmu atau jiwamu atau dunia atau Tuhan atau teman-teman atau keluarga menyuruhmu untuk mencapai 1 level lebih maju, kelihatannya anda sedang mengidap sedikit ciri orang mediocrity.
Bayangkan aja deh misalkan seluruh orang bumi mengidap pemikiran seperti ini. Tahu nggak apa yang terjadi?
Sebenarnya ini sarkasme tapi ada benernya juga, sumber gambar pinterest.com
Nggak akan ada yang namanya Facebook, nggak akan ada yang namanya komputer handphone dan mobil yang bisa berseliweran ke sana kemari di jalan, karena kesemuanya identik dengan penemuan-penemuan, dimana kesemuanya ditemukan oleh orang yang berjuang, memeras tenaga pikiran serta waktu, agar mencapai 1 level kehidupan yang lebih baik daripada sebelumnya.
Enggak ada yang namanya rumah bagus bagus seperti sekarang, dalam arti facade maupun arsitektur, karena arsitektur indah indah seperti sekarang berangkat dari para ahli arsitek yang enggan stagnan dengan model itu-itu saja. Adanya mungkin sekarang hanya gubuk batu atau gubuk dari dedaunan tanaman.
Bayangin aja nggak ada orang-orang yang mau melakukan penelitian di bumi, di bidang apapun di segala segi, sumber gambar twitter.com
Enggak ada yang namanya jalan raya. Karena kalau orang-orang mengejan menggali ilmu, belajar lebih banyak lagi kemudian melakukan berbagai penelitian, nggak akan ada orang yang bisa menemukan mixing bagus antara bebatuan pasir dan zat kimia lain yang bisa menghasilkan aspal.
Udah deh gak usah jauh-jauh. Kalau semua orang di bumi pada mediocrity semua, sekarang bumi tidak seperti yang kita lihat. Karena setiap orang benar-benar takut untuk berkembang, tidak mau untuk melangkah maju lebih baik daripada sebelumnya, tidak mau mencoba penelitian karena takut salah, bener-bener terkungkung dengan keadaan awal dia hidup: adanya apa ya udah seperti ini.
Nggak bakalan ada perkembangan kehidupan berarti, sumber-gambar sci-news.com
Tidak akan ada peta dunia, karena orang tidak mau keluar dari daerahnya mengarungi bumi, takut dimakan hewan buas di luar sana serta takut tersasar di negeri antah berantah.
Ah, untunglah hanya sedikit orang yang ada indikasi seperti. Adapun jika ada, solusi terbaik adalah segera sadar, menyadari bahwa kita adalah manusia yang punya keunggulan masing-masing, tidak berhenti belajar dan melangkah serta menatap kedepan, menjadikan hal-hal yang telah kita lalui sebagai pelajaran, positive thinking, mempercayai bahwa takdir dari Tuhan itu bisa dirubah dan pasti ada reward tersendiri atas kerja keras kita yang nantinya akan diberikan oleh Tuhan.
Ah, ayo melangkah ke depan. Dunia masih luas. Syukuri apa yang sudah ada, tapi, mensyukuri kemampuan juga harus loh, dengan cara apa, berusaha lebih baik lagi kedepannya. Bersyukur karena mempunyai tangan ya dengan berbuat, bersyukur karena mempunyai otak, ya dengan dibuat berfikir.
Ah, mungkin saya sudah sampai disini dulu melantur saya, semoga bermanfaat, silakan kabari saya kalau Anda udah memijak level baru di kehidupan.
Jangan takut. Tuhan bersama kita.
World need you.
Furqon643
Sumber
Di sini.
Di sini.
Di sini.
Di sini.
0 komentar:
Posting Komentar