Saya dan keluarga adalah pelaku dari beberapa bisnis, salah satunya menggunakan sistem dropship ini.
Pertimbangan saya dan pasangan dulu, dropship itu benar-benar menguntungkan dari pihak kedua seperti kami, karena apa, kita tidak melakukan stock, ketika terjadi permintaan dari konsumen kami, maka yang dilakukan adalah, pilihan pertama, pembelian sesuai dengan produk yang diinginkan konsumen oleh kami, kemudian dari produsen utama, mereka melakukan pengiriman barang tersebut tepat ke alamat konsumen secara langsung. Pilihan kedua, produsen awal mengirimkan barang tersebut ke tempat kami, lalu kami kemas sedemikian rupa, kemudian dikirimkan ke alamat konsumen.
Gara-gara akumulasi pengiriman barang seperti ini yang jumlahnya membludak, tidak hanya kantor pos, tapi bisnis pengiriman barang sejenis juga makin menjamur di sekitar kita, sumber gambar sitepoint.com
Tapi ada beberapa kelemahan, sekalian ada pengalaman agak pahit yang sempat kami rasakan dulu. Semoga ini bisa jadi pelajaran bagi kawan-kawan sekalian, untuk sharing pengalaman, harapannya kawan-kawan yang hendak atau sedang menggeluti bisnis ini bisa menjadi wacana tambahan, jadi ke depannya bisa lebih berhati-hati lagi.
Pembelian wajib ber-seri tidak bisa per-satuan
Hal ini terjadi di beberapa produsen di luaran sana. Misalnya kita sedang melakukan bisnis clothing atau baju (seperti yang sedang kami lakukan sekarang). Ketika ada konsumen yang menginginkan baju dengan model tertentu, berwarna merah, dan ada konsumen lagi yang menginginkan baju dengan model yang sama dengan konsumen pertama, tapi berwarna biru, kita tidak bisa melakukan order ke produsen hanya 2 pieces tersebut, yaitu baju model tertentu yang berwarna merah dan satu lagi biru. Tapi mereka hanya melayani pembelian yang berseri. Misalkan baju dengan model tertentu yang diinginkan oleh dua konsumen di atas hanya bisa di beli paket, satu paket katakanlah berisi 5, di mana model yang sama namun ada yang berwarna merah, biru, kuning, hijau, dan hitam.
Bisnis clothing menggairahkan, sumber gambar dokumen pribadi
Kebijakan seperti ini berarti memberi PR lanjutan bagi saya dan keluarga, karena pembelian yang kami lakukan mau nggak mau 5 pieces, dan yang jelas-jelas terjual karena sudah ada order itu hanya 2 pieces. Alhasil 3 baju sisanya menjadi stock, dan harus kami jual secara manual: barang ready stock, tinggal memasarkan, sambil menanam harapan ada yang segera tertarik dan membelinya.
Maaf saya mengatakan ini, dan memasukkannya sebagai salah satu sisi gelap sistem dropship, tapi dalam hati kami terdalam, kita sebagai penjual dan pelaku bisnis sama-sama bisa memahami, bahwa sebagai produsen dan mempunyai bisnis paling penting adalah meminimalisir kerugian, dan memperbesar pemasaran atau praktek maksimalisasi profitable. Jadi harus seperti itu kami anggap wajar dalam dunia bisnis, meski kami terus terang menginginkan kebijakan yang agak toleran. Hehehehe.
Picture vs reality
Gambarnya sih bagus, dan sangat sangat menarik, tapi ada beberapa miss, antara gambar yang disajikan, serta kenyataan bagaimana quality maupun performance barang sangat berbeda jauh. Tapi saya tekankan, para pelaku bisnis yang sudah eksis sejak lama, ataupun memang mereka benar-benar konsekuen serta kompeten, tidak akan ada hal yang terjadi seperti ini, sangat jarang terjadi. Inilah salah satu poin di mana kita sebagai pelaku bisnis harus lebih hati-hati lagi.
Produk mempunyai karakter kuat, kualitas juga bagus, bakal dicari orang banyak, sumber gambar twitter.com
Jika menemukan suatu produsen yang kelihatannya menarik, jangan order dengan jumlah yang banyak dulu ketika kurang meyakinkan, silakan coba 1, 2, atau 3 kali dulu untuk beberapa pieces. Karena hal-hal seperti ini banyak juga kejadian di luar sana, ada yang melakukan pembelian secara online, ternyata barang yang datang tidak sesuai ekspektasi yang digambarkan pada picture. Silakan pelajari dulu seksama produsen yang anda tertarik, dengan cara Anda masing-masing, misalkan mencari pendapat orang-orang yang sudah expert, maupun mempelajari website dan akun, baik secara manual, maupun dengan cara intip page secara rutin.
Salah satu barang saya, dalam bisnis clothing, di mana ada match alias kesesuaian antara gambar yang diberikan ke saya dan produk nyata, sumber gambar dokumen pribadi
Tidak semua melakukan demikian, memang ada penjual penjual yang fair, ada yang mungkin belum kompeten dibidangnya sehingga melakukan kesalahan seperti yang sudah saya jelaskan di atas. Padahal menurut saya, ketika suatu bisnis sudah berjalan, perfect adalah keharusan, baik secara produk, pelayanan, dan berbagai hal yang urgent dalam bisnis.
Drop ship yang murni, kita tidak bisa melakukan cek pada barang
Kalau dropship murni, pengetahuan kita akan barang minim sekali, hanya berdasar gambar yang disharing oleh penjual, serta berbagai spec alias ciri-ciri, bisa berupa ulasan bagaimana ukuran (ukuran centimeter lebar dada, lingkar pinggang, panjang dan lebar), dan jenis bahan, serta lain-lain. Karena kalau murni dropship, artinya kita melakukan order ke produsen hanya berdasarkan gambar yang kita sharing ke konsumen, kemudian kita meminta produsen tersebut untuk mengirimkan barang langsung ke alamat konsumen.
Dropship murni seakan-akan kita sebagai agen pemasaran dia, begitu dapat, kita kirimkan uang ke produsen kemudian dia mengirimkan ke alamat konsumen kita secara langsung, sumber gambar chainstoreage.com
Kalau agak khawatir dengan cara seperti ini, Anda bisa menempuh cara seperti yang saya lakukan, cara kedua dari dua cara yang sudah saya sebut di atas, yaitu dari produsen di kirimkan dulu ke tempat kita, jadi kita bisa memeriksa lalu masukkan package manual ke konsumen kita satu persatu, cara ini ampuh untuk mengetahui sejauh mana kualitas barang, sehingga kita bisa mengambil keputusan, tetap dengan produsen yang ini atau beralih ke produsen yang lain di mana lebih mempunyai keunggulan.
Tapi cara ini memang ada kelemahan. Yaitu munculnya beban biaya produksi lagi berupa biaya kirim, yang harus kita tanggung dari produsen ke tempat kita. Jadi semuanya saya kembalikan kepada pribadi masing-masing.
Trust and cannot be trusted
Satu pokok inti dalam dropship adalah saling percaya. Ketika kita ada keraguan pada salah satu dropship, alias salah satu produsen, jangan main-main. Kecuali kita sudah melakukan order beberapa kali dan semua bisa finishing dengan sempurna. Atau karena kita sudah mendapatkan informasi yang bisa dipercaya dan kredibilitasnya bisa dipertanggungjawabkan dari pihak-pihak lain seperti praktisi yang sudah melakukan bisnis ini sejak lama.
Intinya harus berhati-hati, ada pihak kurang bertanggung jawab di luar sana, sumber gambar blog.excellence.asia
Ini dunia maya. Dan saya cukup yakin berdasarkan pengalaman, banyak pihak yang tidak bertanggung jawab ikut berkecimpung di dalam dunia maya, apalagi di dunia bisnis online seperti ini. Seperti yang sudah saya bilang di atas, cek dan periksa dengan seksama.
Mengambil konsumen milik kita
Penasaran bagaimana caranya mereka mengambil konsumen milik kita?
Saya pernah merasakan dropship dengan salah satu produsen, saya order barang barang tertentu sesuai dengan permintaan konsumen milik saya. Sesuai dengan prosedur, saya menghubungi pihak produsen alias pelaku dropship, untuk dikirimkan beberapa barang tertentu dengan alamat yang telah saya berikan yaitu alamat para konsumen saya. Tentu kesemuanya setelah saya bayar cash barang orderan konsumen saya.
Berasa dikhianati, sumber gambar sheenaeizmendiz.com
Kebetulan beberapa konsumen tersebut jujur, kemudian mereka lapor ke saya, bahwa barang yang dikirimkan oleh pihak produsen alias pelaku utama dropship, diselipkan alamat mereka. Artinya, mereka sebagai pihak produsen hanya ingin memutus rantai penjualan, agar konsumen saya langsung order ke mereka, dengan iming-iming harga yang lebih murah (tentu saja lebih murah karena mereka produsen dan saya pihak kedua yang menyalurkan barang mereka). Menurut saya itu adalah hal yang jahat dan tidak sesuai kode etik.
Size is matter
Anda nggak tahu, gimana ukurannya, kalau misalkan dropship ini utamanya hal-hal yang terkait baju celana dan lain-lain, gimana ukuran benar-benar mempengaruhi kepuasan konsumen.
Standard size setiap merek berbeda, sumber gambar amazon.in
Saya beri contoh. Ukuran L, size large, dari merk Dior, Gucci, Channel, Prada, Guess, hingga Lea, Polo, Zara sekalipun, atau sampai 3 second, Bandung Sport, antara satu dan yang lainnya memiliki standar size L tersendiri.
Produk A misalnya, pada merek tertentu size L katakanlah mempunyai panjang baju dan lebar dada sekian-sekian, berbeda dengan produk A dengan merek seberangnya, mempunyai size L yang sama, hanya beda lingkar dada dan panjang baju. Beberapa sentimeter doang.
Belum lagi barang-barang dengan produk-produk lainnya. Bahkan yang barang lokal tapi memakai merek internasional (barang tembakan atau semi palsu dengan kualitas 1,2, maupun 3). Tapi di sini ada kunci. Yaitu berupa ukuran-ukuran yang lebih spesifik seperti lingkar pinggang lingkar dada dan lain-lain. Harapannya dengan lebih jelas pada ukuran tersebut, dengan parameter ukuran baku seperti sentimeter, kita bisa dapat visualisasi tepat mengenai barang, dan yang terpenting, konsumen mendapat gambaran sejelas-jelasnya mengenai barang yang akan dibeli.
Identik dengan barang palsu (kw)
Karena ada peribahasa yang eksis di dunia online, hampir seperti kualitas nomor 2 akumulasi penjualan nomor 1.
Kalau saya pribadi, KW1 masih bisa sedikit ditoleransi, karena terkadang kualitas mendekati barang asli, sumber gambar smartlegal.id
Jadi jangan heran, ketika ada barang-barang online dengan merk merk ternama seperti Polo, bahkan Zara sekalipun, banyak dari barang-barang tersebut adalah KW, mencontoh barang asli, meningkatkan kualitas agar hampir sama seperti barang asli.
Saya juga punya pengalaman beberapa kali membeli barang-barang dengan merk ternama, harga jauh lebih murah, tapi saya lihat kualitasnya juga tidak kalah jauh, meski tergolong kw. Katakanlah merek-merek seperti Zara, Dior, Polo, sudah jadi seperti langganan, karena harga yang miring, ternyata mereka KW. Tapi tetap, ternyata di luaran sana masih banyak juga pangsa pasar untuk barang-barang seperti ini.
Makanya sebelum melempar barang ke konsumen, ada baiknya kita mencoba dulu barang dagang yang disajikan oleh produsen. Karena identik barang-barang online itu dengan harga yang miring daripada harga pasaran seharusnya. Ketika kita sudah mencoba melakukan pembelian untuk diri kita sendiri, kita mampu memilah-milah, barang-barang itu merupakan KW1 lah itu hampir sama seperti barang asli dalam segi kualitas, atau bahkan KW 2 dan kelas ke-3, di mana ada jarak yang lumayan antara realitas asli dan kualitas barang yang kita perdagangkan.
Demikian sekelumit wacana dari saya sebagai praktisi sekian lama, meskipun masih ada beberapa hal lain tapi secara kode etik mungkin saya kurang pantas memasukkannya sebagai sisi gelap dropship, hanya beberapa poin di atas yang bisa saya sampaikan dan saya masukkan ke salah satu darkside di sini, karena beberapa faktor lain saya masih toleran, dan berharap kawan-kawan pembaca bisa belajar lebih banyak serta berwacana dari beberapa poin di atas.
Terima kasih selamat beraktifitas dan semoga dalam penjagaan Tuhan selalu dimanapun kapanpun.
Furqon643
Sumber:
Pengalaman pribadi.
Minggu, 26 Januari 2020
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar