WELCOME

Banyak wacana yamg bisa didapat. Tinggal pilih kategori sesuai kepo. Enjoy it!

Minggu, 26 Januari 2020

Masih Muda Membeli Properti? Simak 5 Poin Ini

Pembelian properti merupakan suatu perilaku big decision. Apalagi untuk anak muda umur 20-an tahun, yang sarat dengan psikis masih labil, jika kita bandingkan dengan umur seseorang yang sudah dewasa.

Bagaimana bukan suatu keputusan besar, mengingat properti zaman sekarang harganya benar-benar mahal, jauh dari kata murah. Dalam hitungan tahun pun, yang namanya harga termaktub sudah bisa melambung bagai balon yang lepas dari pegangan tangan.


Rumahnya keren, sumber gambar pinterest.com

Usia muda juga masih identik dengan sikap dan perilaku labil. Seperti yang saya kutip dari salah satu expert psikologi barat, Robert J. Hedaya MD, DLFAPA, ABPN, CFM, (buset panjang amat gelarnya) mengatakan bahwa usia muda merupakan usia dimana otak masih reshaped dan recostruct, sehingga kejiwaannya yang cenderung masih membutuhkan banyak wacana kehidupan serta pengalaman, mengalami keidentikan tersendiri dengan "labil", mencari jati diri dan aktualisasi diri yang yang tepat.

Pada dasarnya ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan pada pembelian properti. Dan poin-poin ini sebaiknya benar-benar dipertimbangkan oleh para buyer usia muda.


Kalau yang ini masih muda banget keles, sumber gambar fintechfutures.com

Emotion
Pada tahun 2013, Commonwealth Bank pernah melakukan survei, dimana hampir 44% orang yang membeli properti berangkat dari rasa suka seseorang terhadap properti tersebut. Because they like it. Beberapa memang melakukan pembelian hanya untuk tempat tinggal. Tapi beberapa yang lain melakukan pembelian untuk menjadikannya "real home", menorehkan sejarah, menyusun memories, dan berbagai hal pribadi lainnya.

Kalau saya secara pribadi kemarin juga sempat melakukan pembelian cash, Tapi jujur saja, dan sudah saya komunikasikan terhadap pemilik properti awal tersebut bahwa saya melakukan pembelian untuk investasi, supaya dia tidak kaget jika suatu hari rumahnya saya jual ke pihak lain ketika sudah saya lakukan renovasi dan menunggu dalam jangka waktu tertentu. Pasti banyak di luaran sana orang seperti saya melakukan pembelian untuk sekedar investasi.


Investasi dengan resiko minum salah satunya adalah investasi properti, asalkan sang pelaku mengetahui betul ilmu yang terkait, sumber gambar wilsonswarrnambool.com.au

Handling faktor emosional pada pembelian properti semacam ini sebenarnya bisa diminimalisir, dengan cara mempelajari benar-benar properti yang diinginkan tersebut. Se-detail mungkin. Jumlah kamar, posisi sejauh mana mendekati parameter strategis properti tersebut di sekitaran daerah tempat kita atau sekitaran tempat properti tersebut berdiri, plus minus pasca pembelian (baik kesehatan finansial buyer pasca pembelian, grand planing kedepan, urgensitas home living, dkk), dan berbagai hal lain. Harapannya menjadi pertimbangan "rasa suka awal" terhadap properti.

Apalagi anak muda, yang secara psikis emosional yang masih labil, kemungkinan kecil kematangan financial kecuali memang dia sudah matang secara pendapatan bulanan, serta masa depan yang masih panjang.

Berarti di sini intinya sabar dan tidak terburu-buru. Paling tidak pertimbangan advantage dan disadvantage pembelian benar-benar harus dijajaki lebih lanjut.

Cultural superstitions
Terkadang berbagai mindset atau tahayul muncul bertengger di dalam pikiran sehubungan dengan properti. Sebagai warga negara Asia, kita familier dengan feng shui. Jika mendapatkan properti lalu dengan parameter feng shui tersebut malah mendapatkan beberapa konotasi negatif dari pada positif, ini merupakan masalah bagi sebagian orang dan bukan masalah sama sekali bagi sebagian yang lain. Bisa pula pembelian ruangan apartemen yang kebetulan bernomor 13 masalah bagi sebagian dan bukan masalah sama sekali untuk beberapa orang yang lain.


Sumber gambar money.com

Kalau di faktor ini kembali ke pribadi masing-masing. Karena setinggi apapun pendidikan seseorang, se smart apapun, faktor mindset cultural bisa tetap menjadi sedikit acuan dalam pemilihan properti. Apalagi kalau berprofesi sebagai sales property, mempunyai PR besar untuk menggeser stereotip tersebut pada buyer.

Perceived value
Pada umumnya, value atau harga itu relatif di pasar. Bagi sebagian orang, suatu properti bila mengandung estetika tertentu, atau ada advantage yang sesuai dengan keinginan buyer, price bisa dimaklumi atau bahkan dinilai rendah daripada pasar. Tapi bagi sebagian lain, value yang dianggap wajar bagi sebagian orang, bisa menjadi terlalu tinggi, tergantung pengetahuan orang masing-masing, di sisi mana mereka menilai.


Sumber gambar twitter.com

PR bagi pembeli, terutama yang masih muda, paling tidak coba memonitoring, melakukan uji kelayakan properti tersebut, apakah masih dalam batas wajar properti terkait dengan harga yang telah ditetapkan oleh sales. Hal ini sangat penting. Ditakutkan dibayar akan membeli properti dengan harga over price. Karena menyesal itu datang belakangan.

Jika umur muda identik dengan wacana yang belum begitu banyak, apalagi masalah urgent dan big decision seperti pembelian properti, sebaiknya sebelum melakukan pembelian properti komunikasikan dengan pihak-pihak yang benar-benar paham.

First Impressions
Para pemilik bahkan para penjual properti, sering menggunakan faktor first impression ini, dalam arti untuk menggaet buyer, sering kali properti yang dijual di permak sedemikian rupa agar menarik, entah itu facade atau tampang properti tampak depan, maupun bermain di colour, serta stuff/perangkat pelengkap di dalam rumah.


Asik juga nih konsepnya, secara facade juga bagus, sumber gambar trendir.com

Belum apa apa sudah merasa indah dalam segi estetika terhadap properti yang hendak di beli? Cek dulu secara quality. Entah lagi kalau sudah qualified, pasca dilakukan monitoring dan uji kelayakan properti.

Social proof
Terkadang buyer melakukan pembelian untuk social proof atau pembuktian identitas sosial. Hati-hati dengan ego seperti ini. Tapi saya mengecualikan beberapa orang yang memang mereka mempunyai kekuatan dalam urusan finansial.


Bener-bener seperti rumah impian, sumber gambar pinterest.com

Anak muda identik dengan labil, bisa jadi terburu-buru dalam melakukan sesuatu, atau pertimbangan kecil, ternyata bisa menjadi pendorong untuk melakukan pembelian, misalkan social proof ini, siapa tahu ada anak muda yang mempunyai uang, kemudian karena ingin pengakuan secara sosial di masyarakat sekitar atau di kalangan kolega dan kawan-kawan serta keluarganya, memaksakan diri membeli rumah yang sesuai keinginannya, katakanlah identik dengan besar, lokasi yang strategis di mana dia ikut melambungkan harga, apa pembelian apartemen di tempat ternama, hanya karena untuk social proof.


Secara visual kita seakan dimanja, sumber gambar pinterest.com

Ideal Lifestyle
Hampir senada dengan faktor sebelumnya, ada orang-orang tertentu yang memang melakukan pembelian properti disebabkan karena lifestyle. Bisa jadi seperti mengikuti gaya kekinian. Karena tiap orang mempunyai parameter tersendiri dalam gaya hidup.

Person yang benar-benar ingin membeli properti untuk sebuah rumah, yaitu tempat berlangsung dan kehidupan beserta keluarganya, asal nyaman aman tenang kondusif, kebutuhan keluarga terpenuhi pada properti tersebut, maka harga nomor 2, atau bisa juga sang buyer melakukan pembelian sesuai kadar berapa uang yang dimiliki.


Sumber gambar property24.com

Umur muda identik dengan gaya hidup yang sedikit hedonis. Gaya hidup masih mempengaruhi keputusan, berbeda dengan orang yang sudah dewasa ataupun matang secara psikis. paling tidak hal ini menjadi pertimbangan bagi para teman-teman yang masih muda namun dalam waktu dekat akan melakukan pembelian properti yang harganya lumayan tinggi.



Jika Anda termasuk salah satu di dalamnya, umur muda dan mampu membeli properti, saran saya cuman hati-hati saja, segala sesuatu butuh pertimbangan, properti merupakan investasi yang menggiurkan, paling tidak pada start awal yaitu di saat melakukan pembelian, kita mempersiapkan dengan baik agar tidak terjadi penyesalan di kemudian hari.

Semoga bermanfaat, selamat beraktifitas dan semoga dalam penjagaan Tuhan selalu.

See you next time.



Furqon643






Sumber
1. Di sini.
2. Di sini.

0 komentar:

Posting Komentar