The Simple Dollar mengatakan bahwa rata-rata penduduk Amerika mempunyai tanggungan sebesar $15.950 di credit card mereka, data juga menunjukkan sekitar 39% orang Amerika mencicil tanggungan kredit mereka dari bulan ke bulan, pembahasan yang sama juga pernah ditampilkan di Creditcards.com. Itu sedikit gambaran dalam aspek sosial di Amerika sana yang notabene negara maju, bagaimana dengan Indonesia yang identik dengan negara berkembang?
Sekarang kita berlanjut ke pembahasan ilmiah. Ada beberapa perilaku orang yang menunjukkan bahwa dia berhutang, tapi poin yang ingin saya bahas kali ini lebih ke dampak dari adanya hutang, dimana nanti dari pembahasan ini bisa di lebarkan sayap secara manual, terutama terhadap berbagai ciri orang yang bisa ditunjukkan baik dari mimik maupun perilaku, sehubungan dengan poin-poin yang akan kita bahas.
Pembelian barang dengan sistem kredit memunculkan bunga, sehingga cicilan normal bertambah besarannya perbulan dikarenakan penambahan nominal ini, sumber gambar redbubble.com
Depression and Anxiety
Dr. John Gathergood dari University of Nottingham pernah melakukan penelitian di mana konklusi dari penelitian tersebut mengungkap bahwa depresi serta kecemasan sangat berkaitan erat terhadap orang-orang yang mempunyai hutang. Penelitian yang berjudul Debt and Depression: Causal Links and Social Norm Effects menjelaskan banyak hal. Diantaranya adalah kecemasan (dalam kondisi tertentu agak berlebihan) terhadap eksistensi finansial present alias saat itu, ketakutan ada momentum kewalahan (tentu secara finansial), dan merasa hopeless.
Gara-gara kertas bergambar ini seseorang bisa pusing tujuh keliling, sumber gambar apnews.com
Studi berkelanjutan malah menyatakan bahwa 29% dari orang-orang yang mempunyai cicilan besar perbulannya, mempunyai kecenderungan beberapa kecemasan berlebih.
Masuk logika kan? Coba sekarang kita pikir orang yang berpendapatan per bulan kurang lebih Rp 20 juta, mempunyai tanggungan perbulan sekitar Rp 15 juta, yang ada dia akan melakukan penghematan, sekaligus khawatir akan pengeluaran perbulan yang datang secara tiba-tiba tanpa ada ekspektasi sebelumnya, isinya hanya khawatir melulu karena dihantui oleh cicilan yang begitu besar per bulan.
salah satu produk yang eksis di perbankan sekarang salah satunya KPR, kredit pembelian rumah, sumber gambar marlboroughrealestate.co.nz
Coba akumulasikan, misalnya hari ini berlanjut dengan jangka waktu 10 atau 15 tahun (biasanya peminjaman KPR atau pembelian rumah hingga puluhan atau belasan tahun) maka per jam, per hari, per bulan, selama beberapa tahun tersebut dia akan dihantui dengan cicilannya. Tentu berbeda pada setiap orang karena tipikal manusia berbeda-beda. Ada yang keingetan terus, ada yang pura-pura lupa, ada yang lupa sejenak karena memang aktivitas sehari-hari membuatnya sibuk.
Resentment
Muncul kebencian bisa jadi. Misalnya seperti kita sudah menikah, kemudian cicilan terlalu besar per bulan, ada biaya biaya perbulan yang diluar ekspektasi, sehingga rumah tangga bisa menjadi berantakan, isinya tengkar melulu dengan pasangan, alhasil bad ending: divorced alias perceraian.
Sudah menjadi rahasia umum kalau uang itu bisa membuat beberapa pihak bertengkar, sumber gambar dreamstime.com
Tidak melulu pada pasangan, faktor resentment ini bisa terjadi pada kehidupan sosial yang lain, seperti pertemanan maupun hubungan dengan anggota keluarga lain, di mana erat kaitannya cicilan yang terlalu besar perbulan membuat dia harus menghemat besar-besaran, takutnya, malah muncul faktor blame others.
Coba saya kasih contoh simple. Hubungan pertemanan. Bila kita banyak moment boosting financial teman, sekedar traktir atau suka memberikan hutang terhadap teman, pada timing kita benar-benar menghemat, bisa jadi kita malah menghindar dari teman yang suka menghutang kepada kita. Mungkin pula pola ketakutan makin menjadi di dalam diri (ketakutan yang gak berdasar sebenarnya) lalu mengurangi pergaulan dengan dunia sosial hanya untuk berhemat. Tentu berhemat dalam tanda petik.
Denial
Bahaya juga sih sebenarnya kalau sudah menyangkut denial alias penyangkalan. Tapi hal ini terjadi meskipun seringkali dilakukan secara tidak sadar.
Acuh tak acuh atau pura-pura tidak tahu ini bisa sikap yang paling menjatuhkan banget, Coba bayangkan misalnya perbulan ada cicilan sekitar 6 juta tapi dia pura-pura lupa, kemudian masih suka ke supermarket belanja seenaknya, sumber gambar hanes-law.com
Penyangkalan di sini bisa berbentuk berbagai hal, seperti pura-pura tidak tahu saat bill alias tagihan datang (baik secara surat-menyurat maupun di mail), telepon dari pihak kreditur atau bank yang dicuekin, maupun dari dalam diri menanamkan mindset denial (kebanyakan tidak sadar) seperti merasa tidak mempunyai hutang yang harus dibayar perbulan sehingga dirinya masih melakukan pembelian barang konsumsi maupun biaya keseharian "secara lepas", dan ini malah merugikan dirinya sendiri, karena yang dirinya memiliki keharusan dan rutinitas benar-benar berhemat, malah melakukan pengeluaran seperti biasa (ataupun berlebih).
Tapi tetap, ini hanya berlaku pada sebagian orang, karena dominan orang yang normal dan menyadari kewajiban, tidak akan melakukan hal yang seperti ini, tapi memanage keuangannya lagi lebih baik daripada sebelumnya, berangkat dari kesadaran person akan kewajiban perbulan.
Stress
Seorang bule sekaligus profesor jurusan psikolog di San Francisco State University, Ryan Howell, mengatakan bahwa stress that comes from debt can eliminate all happiness you get from spending money, stress yang muncul dari kegundahan cicilan perbulan (apalagi jika cicilan yang besar) bisa menghilangkan segala kebahagiaan yang harusnya bisa kita dapatkan dari mengeluarkan uang untuk pembelian sesuatu.
membeli barang kebutuhan ataupun kesukaan menjadi hilang kebahagiaannya ketika dia mengingat jumlah cicilan perbulan yang harus dibayar sangat besar, sumber gambar inc.com
Memang, misalkan seseorang mempunyai cicilan yang besar perbulan, bisa menghancurkan kebahagiaan saat dia membeli barang yang agak mahal, di mana kebahagiaan itu bisa dia dapat dalam keadaan normal (tanpa cicilan).
Seseorang yang membeli mobil secara kredit, di mana cicilannya begitu besar, pasti di saat tertentu ketika dia ingin membeli velg baru misalkan, yang ada muncul stres atau kecemasan, karena uang yang harusnya dia simpan dan bisa dialokasikan untuk cicilan perbulan, malah dikeluarkan untuk barang lain yang harganya lumayan besar.
Pusing sama anggaran benar-benar mengganggu hari hari, bad mood dah, sumber gambar rpp.pe
Kondisinya sama juga seperti orang yang mempunyai cicilan KPR atau pembelian rumah, jumlah nya agak besaran, mamah suatu hari pertengahan bulan dia harus mengeluarkan biaya berlebih untuk renovasi pagar rumah, menghabiskan beberapa belas juta. Pusing.
Anger and frustration
Pasti para pembaca sudah bisa menghubungkan, ketika pada pembahasan sebelumnya sudah di jelaskan hubungan antara cicilan pengaruhnya pada kecemasan serta stres, besar kemungkinan ada momen-momen tertentu malah memunculkan emosi marah dan prestasi pada pelaku.
Coba saya beri contoh ekstrim. Seorang karyawan, bekerja di perusahaan swasta, percaya diri untuk melakukan pembelian barang secara kredit seperti mobil atau rumah, pada suatu hari tidak disangka pada perusahaan nya terdapat pemangkasan tenaga kerja, dan dia dipecat, atau dipindahkan ke divisi lain yang gajinya menurun.
Pusing, pusing, pusing, sumber gambar idntimes.com
Tentu hal ini sangat diluar ekspektasi, bisa menimbulkan kemarahan maupun rasa frustasi berlebih pada diri sang pelaku. Dimana kondisi normal dia bisa mencicil, ternyata sekarang dia berkubang di kondisi abnormal, yang benar-benar diluar ekspektasi.
Regret
Bukan tidak mungkin menyesal yang bisa datang pada dominan orang. Entah pada momen-momen yang membuat dia drop, mengingat perbandingan antara pemasukan dan pengeluaran yang tidak seimbang, bahkan hal-hal lain yang berkonotasi negatif.
Shame and embarrassment
Tabu nggak ya? Hanya saja rasa malu bisa muncul, apalagi bila seseorang tersebut mempunyai standar lifestyle tersendiri.
Kelihatannya sederhana tapi bisa mempengaruhi dunia sosial, bisa jadi nanti dia menutup diri, kemudian malah menjadikannya frustasi, sumber gambar medium.com
Rasa malu bisa muncul kapan dan terhadap siapa saja, misalnya seperti rasa malu karena mempunyai cicilan yang besar dan ini disembunyikan dari keluarga, parameter kehidupan yang jauh dari parameter pelaku terhadap kehidupan yang "sukses", rasa malu bisa muncul pula ketika kita tidak bisa membeli barang-barang yang seharusnya bisa kita beli ketika tidak ada cicilan, dan rasa malu pasti juga muncul ketika kita tidak bisa mewujudkan kehidupan yang seperti kita inginkan dulunya.
Fear
Takut dong pastinya. Mau beli ini dan beli itu takut, karena ada akumulasi uang tertentu yang harus disimpan untuk membayar cicilan perbulan. Mau terima telepon takut dari debt collector.
Begitu berdering, dengar bunyinya aja udah buat hati gemeter, jangan-jangan dari si anu, jangan-jangan mau nagih anu, sumber gambar zedge.net
Takut gaji tidak naik maupun takut gaji turun, takut usahanya tidak berjalan dengan baik misalkan bisnis yang sedang dijalankan, ketakutan diusir dari rumah karena rumah dijadikan jaminan sebagai peminjaman ke bank, takut ada biaya yang harus dibayar perbulan yang diluar ekspektasi misalkan mesin mobil ngadat (artinya bakal ada pengeluaran untuk membayar mekanik di bengkel dan besaran biaya pastinya agak besar karena untuk merawat mobil), dan berbagai ketakutan lainnya.
Freedom
Pernahkah anda berhutang dan ada cicilan perbulan yang jumlah besarannya lumayan? Bagaimana rasanya ketika sudah melunasi hutang yang sudah menggerogoti hidup? Merasa bebas dan merdeka? Bagaimana pula jika cicilan perbulan yang berjangka waktu 5 tahun di soalnya, pada akhir bulan bisa dibayar? Kemudian esok hari harus mempersiapkan uang untuk cicilan bulan berikutnya? Lega kan sudah membayar cicilan?
Feeling free, bebas, dari jeratan hutang, akhirnya udah lunas, sumber gambar 30seconds.com
Ternyata jika tidak ada cicilan hutang perbulan membuat anda merasa sebagai pribadi yang merdeka. Bisa membeli ini itu, dan mewujudkan kehidupan yang kita inginkan, dimana hal ini tidak bisa dilakukan ketika seseorang mempunyai cicilan yang lumayan perbulan.
Pernah mempunyai cicilan yang jumlahnya lumayan? Ketika bisa melunasinya suatu hari, apakah psikis Anda seperti mengatakan "akhirnya bisa bernafas lega"? Kalau iya, dan memang pernah merasakan, selamat, sekarang jadi pribadi yang merdeka.
Demikian sekelumit wacana dari saya, Semoga sehat selalu, salam kenal, dan semoga bermanfaat.
Furqon643
Sumber
Di sini.
Minggu, 26 Januari 2020
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar